Kurban

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Kurban
Mal Hewan Kurban H Doni di Depok, Jawa Barat, menjual sapi berbagai ukuran untuk Iduladha. Foto: Ricardo/JPNN.com

Kalau satu ekor ayam rata-rata beratnya dua kilogram maka ada satu miliar ayam yang disembelih tiap tahun.

Di Indonesia cara penyembelihan masih masuk dalam standar syariah Islam, tetapi di negara-negara lain penyembelihan dilakukan di luar standar. Bahkan banyak dilakukan dengan sengaja tidak mengalirkan dari dari tubuh hewan.

Islam mengajarkan untuk mengonsumsi hewan domestik yang bersih dan tidak liar atau galak, sehingga hewan bertaring dan berkuku tajam tidak dikonsumsi.

Beda dengan tradisi lain yang mengonsumsi hewan-hewan kotor yang malah disebut sebagai eksotik seperti anjing, ular, kelelawar, kalajengking, kelabang.

Kecurigaan yang sampai sekarang masih menyebar luas adalah bahwa penyebab penyebaran virus Covid 19 ini adalah akibat kebiasaan memakan daging kelelawar di kalangan masyarakat China di Wuhan.

Semua orang tahu bagaimana cara membunuh anjing untuk konsumsi, dimasukkan karung dan dikepruk kepalanya dengan benda tumpul supaya darah tidak keluar. Praktik ini diduga terjadi di beberapa wilayah Indonesia, seperti Solo dan Sumatera Utara.

Kekejaman dan kekerasan terhadap hewan terjadi masif di dunia kapitalisme modern yang ditopang oleh konsumerisme. Jargon utama kapitalisme modern adalah “Belanjalah Makanlah”. Belanja dan makan bukan sekadar memenuhi kebutuhan hidup, tetapi menjadi gaya hidup, life style.

Media mengampanyekan iklan “Shop till You Drop”, belanjalah sampai kamu habis, dan “Your Are What You Eat”, status diri ditentukan oleh gaya makan.

Penyembelihan hewan kurban dalam Iduladha beberapa tahun terakhir juga menjadi sasaran kritik dan kontroversi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News