Kurikulum Merdeka: Layak Menjadi Kurikulum Nasional

Kurikulum Merdeka: Layak Menjadi Kurikulum Nasional
Direktur Perkumpulan Strada dan Mahasiswa Doktoral Filsafat STF Driyarkara Jakarta Odemus Bei Witono. Foto: Dokumentasi pribadi

Keenam, Kumer menginspirasi guru dan murid untuk mengembangkan kreativitas mereka. Di era ini, anak-anak membutuhkan pendekatan pembelajaran seperti Kumer yang memberi mereka kebebasan untuk mengekspresikan kreativitas mereka.

Penggunaan perangkat pembelajaran berbasis proyek di sekolah menjadi salah satu sarana yang efektif untuk merangsang potensi kreatif anak-anak.

Ketujuh, Kumer mendorong para guru untuk meningkatkan keterampilan keras (hard skills) dan lunak (soft skills) mereka sebagai pendidik.

Hal ini tercermin dalam tuntutan Kumer yang mengharuskan pendidik untuk mengadopsi pendekatan pembelajaran yang tidak konvensional. Guru dalam Kumer menjadi mentor yang dinamis dan dapat menginspirasi siswa yang mereka layani.

Kedelapan, Kumer, jika dipahami dengan baik, dapat membentuk pola pikir pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat.

Proses percepatan pembelajaran dapat terjadi melalui tahapan-tahapan yang tersedia. Percepatan di sini tidak berarti mempercepat langkah-langkah dalam pendidikan, tetapi lebih pada meningkatkan pemahaman dan daya serap materi pembelajaran.

Kesembilan, Kumer tidak hanya mengurangi beban belajar bagi para siswa, tetapi juga membuka peluang bagi mereka untuk belajar dengan lebih bersukacita.

Dengan memberikan ruang gerak lebih besar dalam proses pembelajaran, Kumer menghadirkan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dan bermakna bagi para siswa.

Implementasi Kurikulum Merdeka (Kumer) secara nasional bukan sekadar suatu kebijakan kurikulum, tetapi juga sebuah langkah strategis.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News