Kurikulum Merdeka: Layak Menjadi Kurikulum Nasional

Kurikulum Merdeka: Layak Menjadi Kurikulum Nasional
Direktur Perkumpulan Strada dan Mahasiswa Doktoral Filsafat STF Driyarkara Jakarta Odemus Bei Witono. Foto: Dokumentasi pribadi

Mereka tidak lagi terbebani oleh tekanan akademis yang berlebihan, namun sebaliknya, mereka didorong untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka dengan lebih bebas.

Dalam lingkungan pembelajaran yang mendukung, kreativitas dan semangat eksplorasi anak-anak dapat berkembang dengan lebih baik, menciptakan suasana belajar yang penuh inspirasi dan kegembiraan.

Kesepuluh, Kumer juga menawarkan sebuah pendekatan pembelajaran yang mudah dipahami dan dapat dikembangkan sesuai dengan kemampuan serta kebutuhan masing-masing sekolah.

Dengan beragam pilihan implementasi seperti Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, dan Mandiri Berbagi,

Kumer memberikan fleksibilitas bagi sekolah-sekolah untuk menyesuaikan kurikulum dengan konteks lokal mereka. Hal ini menciptakan peluang bagi sekolah untuk berinovasi dan berbagi pengalaman serta praktik terbaik dalam pembelajaran.

Sebagai catatan akhir, penting untuk diakui bahwa Kurikulum Merdeka (Kumer) tidak hanya berfungsi sebagai alat pembelajaran, tetapi juga berperan sebagai katalisator dalam menciptakan komunitas pembelajaran yang kolaboratif dan inklusif di seluruh negeri.

Melalui pendekatan yang memperhatikan beragam kebutuhan dan potensi individu, Kumer mendorong terciptanya lingkungan pembelajaran yang memungkinkan siswa dan pendidik untuk saling mendukung dan belajar bersama.

Dalam konteks demikian, implementasi Kumer secara nasional bukan sekadar suatu kebijakan kurikulum, tetapi juga sebuah langkah strategis yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Implementasi Kurikulum Merdeka (Kumer) secara nasional bukan sekadar suatu kebijakan kurikulum, tetapi juga sebuah langkah strategis.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News