Lacak Jejak Gamelan Kuno sampai ke Gresik

Lacak Jejak Gamelan Kuno sampai ke Gresik
Ki Sumarsam

Ketertarikan Sumarsam pada gamelan membuatnya hijrah ke Solo. Di kota itu dia melanjutkan pendidikan formal tentang gamelan di Konservatori Karawitan Indonesia (Kokar), Surakarta. Lulus pada 1964, Sumarsam menjadi pengajar freelance di SMP Kasatriyan, Surakarta sebelum akhirnya diangkat menjadi pengajar tetap di Kokar pada tahun berikutnya.

  Bersamaan dengan itu, Akademi Seni Karawitan Indonesa (ASKI) baru saja didirikan. Sembari mengajar, dia pun mendaftar menjadi mahasiswa di sana.’’Saya ini lulusan ASKI generasi pertama lho,’’ ungkapnya.

Pengalaman mengajar gamelan Sumarsam semakin bertambah ketika pada 1971 dia ’’ditanggap’’ untuk mengajar gamelan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Canberra, Australia. Dia tak kembali ke tanah air. Sebab, pada tahun yang sama Universitas Wesleyan di Connecticut, Amerika,  mengangkatnya sebagai visiting artist untuk mata kuliah gamelan.

 Hingga saat ini minat mahasiswa Amerika untuk mengikuti mata kulih gamelan masih besar. Saking banyaknya, Sumarsam harus menyeleksi calon mahasiswanya. Sebab, kuota yang disediakan hanya dua kelas. Masing-masing terdiri atas 20 mahasiswa. ’’Kalau kebanyakan susah ngajarnya,” tuturnya.

Bagaimana menyeleksi mereka? Sumarsam memiliki strategi cukup jitu. Dia menugaskan mereka untuk menulis esai tentang kenapa mereka ingin mengikuti mata kuliah gamelan. ’’Dari esai itulah, saya menilai mana alasan mahasiswa yang paling bagus. Kalau bagus ya diterima,’’ kata Sumarsam yang dinobatkan sebagai profesor sejak 1992 itu.

Mengajar gamelan di Amerika, kat dia, berbeda dengan di Indonesia. Saat masih di Kokar, gamelan diajarkan secara mendalam. Sebab, lulusan sekolah yang kini berubah menjadi Sekolah Menengah Karawitan Indonesia itu akan menjadi pemain gamelan atau pengajar gamelan.

’’Kalau di Amerika jelas berbeda. Di  sini gamelan diajarkan dalam konteks liberal education. Gamelan diajarkan agar mereka tahu apa itu gamelan dan hal-hal yang berkaitan dengannya,’’ katamya.’’Mahasiswa di Amerika kan dididik tidak untuk menjadi pengajar. Yang penting mereka tahu gamelan dan konsep-konsepnya,’’ imbuhnya.

Memang, kelas gamelan yang diberikan dalam satu semester itu tidak mendalam. Meski begitu, ada juga mahasiswa yang serius belajar gamelan. ’’Mereka biasanya mengambil kuliah lebih lama. Paling tidak dua semester. Ada juga yang sampai S2,’’ katanya.

Ki Sumarsam, doktor ahli gamelan yang sudah 37 tahun mengajar di Wesleyan University, Amerika, pulang ke tanah air untuk menelusuri jejak peninggalan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News