Laporan Intelijen: 22 WNI Terlibat Pertempuran di Marawi

Laporan Intelijen: 22 WNI Terlibat Pertempuran di Marawi
Pertempuran di Kota Marawi. Foto: AFP

jpnn.com, MARAWI - Kontak senjata di Marawi, Filipina, masih sengit hingga Selasa (30/5). Pertempuran melibatkan pasukan bersenjata Filipina melawan militan Maute, yang kabarnya berasal dari banyak negara. Sebuah laporan menyebutkan, sebanyak 22 WNI terlibat pertempuran di Marawi.

’’Kami menyerukan pada seluruh teroris untuk menyerahkan diri ketika masih ada kesempatan. Bagi teroris, tidak menyerahkan diri berarti siap mati,’’ ujar juru bicara AFP Brigjen Restituto Padilla.

Sejak pertempuran di Marawi pecah pada Selasa (23/5), AFP berhasil membebaskan 439 penduduk yang menjadi tawanan. Namun, hingga kemarin, Pastor Teresito ’’Chito’’ Soganub dari Gereja Saint Mary dan belasan jemaatnya yang ditawan belum berhasil dibebaskan. Bahkan, Pastor Soganub ada dalam video yang dirilis Maute pada Senin (29/5). Dia tampak berdiri di jalan berdebu dan menggunakan celana serta kaus hitam. ’’Mereka (Maute, Red) tidak meminta apa pun, hanya tarik saja pasukan kalian dan hentikan serangan udara serta hentikan pengeboman,’’ ujar Soganub.

Sejauh ini jumlah penduduk sipil yang dipastikan tewas memang masih belum bertambah, yaitu 19 orang. Militan Maute yang tewas mencapai 65 orang dan 20 orang dari pasukan Filipina. Jumlah tersebut bisa bertambah karena tercium bau mayat yang sudah membusuk dari pasar yang masih dikuasai oleh Maute.

Berdasar sumber di intelijen Filipina, dari 400–500 militan bersenjata di Marawi, 40 di antaranya berasal dari luar negeri. Antara lain, Indonesia, Malaysia, Pakistan, Saudi, Chechnya, Yaman, India, Maroko, dan Turki. ’’ISIS mulai jatuh di Iraq dan Syria dan mendesentralisasikan diri ke sebagian Asia dan Timur Tengah,’’ ucap Pakar Keamanan di S. Rajaratnam School of International Studies Singapura Rohan Gunaratna. Dia menjelaskan bahwa ISIS menyebar di Asia Tenggara. Filipina menjadi pusatnya.

Kepala Divisi Anti Terorisme Malaysia Ayob Khan Mydin membenarkan kabar bahwa ada empat warganya yang bergabung dengan militan di Mindanao. Salah satu di antaranya adalah Mahmud Ahmad. Dosen di salah satu universitas di Malaysia itu didapuk mengambil alih kekuasaan ISIS di Asia Tenggara jika Isnilon Hapilon tewas terbunuh. Hapilon adalah pemimpin Abu Sayyaf, kelompok militan di kepulauan Jolo dan Basilan, yang tengah bersembunyi di Marawi, kota yang dikuasai Maute.

Penduduk Indonesia yang menjadi militan di Filipina juga banyak. Berdasar laporan intelijen yang dilihat oleh Reuters, ada 38 warga Indonesia di Filipina. Dari jumlah itu, 22 orang terlibat pertempuran di Marawi. Mereka ditengarai menyaru ikut pertemuan tahunan jamaah tablig di Marawi, sebelum akhirnya menyelinap untuk bergabung dengan Maute. Pertemuan tersebut berlangsung beberapa hari sebelum operasi penangkapan Hapilon.

Menurut Kepala AFP Eduardo Año, Maute sengaja memicu konflik saat Ramadan. Mereka bahkan ditengarai memiliki rencana membakar habis Marawi. Tujuannya, menunjukkan pada dunia bahwa ada cabang ISIS di Filipina. Bukan sekadar nebeng nama, tetapi juga bisa memicu kerusuhan seperti di Syria dan Iraq.

Kontak senjata di Marawi, Filipina, masih sengit hingga Selasa (30/5). Pertempuran melibatkan pasukan bersenjata Filipina melawan militan Maute,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News