Larasati Suliantoro Sulaiman; Abdikan Hidup untuk Batik

Berdayakan Perajin, Pilih Buatan Tangan

Larasati Suliantoro Sulaiman; Abdikan Hidup untuk Batik
Larasati Suliantoro Sulaiman; Abdikan Hidup untuk Batik

jpnn.com - Larasati Suliantoro Sulaiman, 78, tak pernah lelah menularkan kecintaan batik kepada generasi muda. Sebagai apresiasi atas sepak terjangnya dalam melestarikan batik, berbagai penghargaan telah dia terima.

UMA NADHIF KHOLIFATIN, Jogjakarta

MALAM semakin larut. Jam menunjukkan pukul 22.00. Namun, Larasati Suliantoro Sulaiman masih sibuk beraktivitas. Saat ditemui di rumahnya pekan lalu, dia sedang menjamu tamu di kebun samping hotel miliknya, Mustokoweni Heritage Hotel, Jogjakarta.

"Kebetulan hari ini ada acara buka bersama dengan teman-teman pencinta batik sekaligus seniman-seniman dan ahli batik di Jogja. Setelah itu, dilanjutkan rapat reguler paguyuban," tutur ketua Paguyuban Pencinta Batik Sekar Jagad tersebut.

Perempuan yang akrab disapa Suli itu memang sangat cinta dan peduli pada batik. Bahkan, dia mengaku tidak pernah menang­galkan batik dari tubuhnya sejak 60 tahun lalu. Semua pakaian rumah, baik formal maupun nonformal, berbahan batik. Bukan batik cap dan printing yang biasa dijual di pasar, tapi batik tulis atau jumput buatan tangan. Suli tidak peduli dengan harganya yang mahal. Sebab, baginya, mengenakan batik dapat membantu perekonomian pembatik-pembatik di desa.

Itu berbeda dengan batik cap atau printing yang baginya tidak memberi nilai tambah bagi pembatik tradisional yang saat ini jumlahnya semakin sedikit. Yang dilakukan Suli bukanlah tanpa alasan. Ada cerita yang dialaminya terkait batik.

Bisa dibilang, dia merupakan saksi sejarah, mulai batik yang dijadikan sebagai harta kekayaan hingga batik yang dianggap sebagai kebutuhan sandang belaka. Suli dibesarkan dalam lingkungan pembatik. Ibu dan neneknya merupakan pembatik.

Dulu dia merupakan anak seorang wakil gubernur di Pekalongan (saat itu masih berbentuk karesidenan). Pekalongan merupakan salah satu pusat batik di Indonesia. Mata pencaharian utama masyarakat Pekalongan, selain bertani, membatik.

Larasati Suliantoro Sulaiman, 78, tak pernah lelah menularkan kecintaan batik kepada generasi muda. Sebagai apresiasi atas sepak terjangnya dalam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News