Lebaran yang Berantakan

Lebaran yang Berantakan
Lebaran yang Berantakan
LEBARAN tahun ini (2011) bagi mayoritas rakyat Indonesia yang merayakannya merupakan Lebaran paling berantakan. Semua ini akibat pemerintahan Yudhoyono tak mampu memahami arti Lebaran bagi rakyatnya.

Padahal semua orang tahu, Lebaran bukan sekadar Iedul Fitri 1 Syawal, perayaan atas berakhirnya kewajiban berpuasa selama Ramadhan (bagi umat Islam). Lebaran bagi bangsa Indonesia memiliki multidimensi. Selain dimensi spiritual, juga sosial, politik, ekonomi dan budaya. Itu sebabnya Hari Raya Lebaran pengaruhnya sangat signifikan terhadap pola pikir dan perilaku umat agama lain.

Maka untuk menghadapi “hari yang penting” itu, sejak jauh hari mereka menghitung dan mengutak-atik angka, baik yang berdimensi rupiah, waktu maupun tenaga. Para pengusaha atau pemimpin perusahaan, pasti bekerja keras untuk menambah pendapatan agar bisa membayar THR (tunjangan hari raya) yang juga sudah menjadi kewajiban.

Para pelaku usaha di bidang informasi dan hiburan seperti koran, majalah, TV, bioskop, restoran, sarana wisata dan lain-lain tentu lebih rumit lagi menghitungnya. Karena melibatkan banyak orang yang harus dikontrak, dan lain-lain.

LEBARAN tahun ini (2011) bagi mayoritas rakyat Indonesia yang merayakannya merupakan Lebaran paling berantakan. Semua ini akibat pemerintahan Yudhoyono

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News