Lebih Suka Tarung Satu lawan Satu

Lebih Suka Tarung Satu lawan Satu
Lebih Suka Tarung Satu lawan Satu

Meir Dagan, kepala intelijen Israel, Mossad, dituntut mundur karena lembaga yang dia pimpin diyakini mengotaki pembunuhan keji Mahmoud al-Mabhouh, komandan militer Hamas.  Tapi, jenderal veteran Pasukan Pertahanan Israel (IDF) itu bergeming.

Hingga kemarin, Dagan masih belum mereaksi kritik masyarakat internasional terhadapnya. Mulai dari tuntutan mundur sampai usul Dubai agar Interpol menerbitkan red notice atas tokoh 65 tahun tersebut. Tidak sepatah kata pun terlontar dari mulut putra survivor Holocaust itu soal tudingan Dubai. Senada dengan Kementerian Luar Negeri Israel yang cuci tangan, Dagan juga memilih membiarkan saja isu keterlibatan Mossad dalam pembunuhan Mabhouh.

   

"Saat ini, Mossad menjadi sasaran amarah banyak pihak terkait pemakaian paspor Inggris dan Eropa yang sudah dikloningkan. Saya pribadi tidak tahu Mossad benar-benar terlibat atau tidak dan bagaimana para pelaku mendapatkan paspor tersebut. Tapi, saya mengenal Dagan sebagai sosok yang tidak segan memancing amarah sejumlah orang agar misinya terlaksana," ungkap mantan anak buah Dagan di Mossad yang oleh The Times diidentifikasi sebagai "B."

   

Menurut "B," Dagan tidak pernah mempedulikan hubungan baik Israel dengan suatu negara saat menjalankan misi rahasia. Karib mantan Perdana Menteri (PM) Ariel Sharon itu tidak pernah melakukan pendekatan-pendekatan khusus sebelum beraksi. Sangat berbeda dengan pendahulunya, Ephraim Halevi, yang lebih mengakrabi birokrasi dan prosedur. Dia juga bukan tipe orang yang suka dibantah atau ditanyai. "Meminjam istilah publik, Dagan merupakan tipe one-man show," tandas "B."

Meir Dagan, kepala intelijen Israel, Mossad, dituntut mundur karena lembaga yang dia pimpin diyakini mengotaki pembunuhan keji Mahmoud al-Mabhouh,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News