Libur Lebaran Terlalu Panjang Bisa Ganggu Perekonomian
Jumat, 20 April 2018 – 07:28 WIB
Selain mengantisipasi kemacetan pada waktu yang bersamaan, masyarakat punya waktu yang lebih banyak untuk belanja dan liburan.
Namun, ekspektasi kenaikan konsumsi itu bisa jadi tidak tercapai jika masyarakat malah menghabiskan waktu liburan di rumah saja.
”Sebenarnya, kalau orang bekerja ke kantor atau truk-truk mengantarkan barang ke luar kota, perputaran uang kadang malah lebih banyak terjadi. Penambahan libur ini kalau saya lihat hanya upaya pemerataan ekonomi dan perputaran uang, dari yang pusatnya di kota menyebar hingga ke desa,” tutur Bhima. (rin/c6/sof)
Bhima Yudhistira mengatakan, libur Lebaran yang totalnya mencapai 12 hari nonstop bakal menghambat aliran investasi dan konsumsi.
Redaktur & Reporter : Ragil
BERITA TERKAIT
- Usut Kasus Investasi Bodong, KPK Bakal Panggil Dirut Taspen Antonius Kosasih
- BRI Ungkap 3 Fakta soal Video Viral Kasus Uang Raib Rp 400 Juta
- Puncak Libur Lebaran, KALOG Express Layani 3.186 Ton Pengiriman Barang
- Tinggalkan Pinjol, Mari Berinvestasi di Pegadaian
- Ratusan Korban Investasi Bodong Berdemonstrasi di Mabes Polri, Nih Tuntutannya
- Kemnaker Ajak Jepang Investasi Berikan Pelatihan Bahasa bagi Kandidat SSW Indonesia