Lihat, Wajah Trauma Korban Selamat Kapal Nahas Ini Bikin Sedih

Lihat, Wajah Trauma Korban Selamat Kapal Nahas Ini Bikin Sedih
Yoseph asal Maumere (NTT) trauma berat paska speedboat yang ditumpanginya bersama migran ilegal lainnya tenggalam, tampak Yoseph ditenangkan oleh rohaniawan dari gereja Katolik di selasar Aula Pusat Rehabilitasi Nilam Suri, Nongsa, Sabtu (5/11). F. Rezza Herdiyanto/Batam Pos/jpg

jpnn.com - BATAM - Harga tembakau yang anjlok membulatkan tekad Harianto, 50, untuk merantau ke Malaysia. Pasalnya, Harianto terlilit hutang, hingga diancam mau dibunuh gara-gara tembakau tersebut.

"Waktu tembakau tinggi, saya minjam lembu sama tetangga untuk membeli kebun. Kemudian harga turun, saya dikejar sama tetangga pake celurit mau dibunuh," ujarnya saat ditemui di Panti Rehabilitasi Sosial, Nilam Sari, Nongsa, Batam, Kepri.

Pada saat tetangga yang mendatangi ke rumahnya dengan membawa senjata tajam, Harianto merasa tidak takut sama sekali pada saat itu. 

"Saya bilang sama mereka yang datang, silahkan kalau mau bunuh saya. Saya tidak takut," katanya.

Namun, karena rasa tanggung jawabnya terhadap keluarga dan utang dengan tetangga, ia pun memutuskan untuk berangkat ke Malaysia.

Selama merantaua di Malaysia, berbagai pekerjaan dilakukannya untuk menghidupi istri dan ketiga orang anaknya yang berada di Semarang.

"Saya kerja apa pun siap. Karena memang dahulu saya sering bantu ayah saya panen tembakau. Jadi sudah biasa kerja berat," tuturnya seperti diberitakan batampos (Jawa Pos Group) hari ini.

Pada saat sebelum dirinya pulang pada Rabu (2/11) subuh lalu. Harianto telah berada di Malaysia selama 1 tahun 4 bulan dan bekerja sebagai buruh bangunan, tepatnya di daerah Pahang.

BATAM - Harga tembakau yang anjlok membulatkan tekad Harianto, 50, untuk merantau ke Malaysia. Pasalnya, Harianto terlilit hutang, hingga diancam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News