Lim Xiao Ming

Oleh: Dahlan Iskan

Lim Xiao Ming
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - SAYA diundang tahlilan Jumat malam kemarin. Tahlilan tujuh hari. Di sebuah masjid Surabaya. Yang meninggal Lim Xiao Ming.

Ternyata saya diminta merangkap jadi penerjemah. Setelah tahlilan memang ada acara sambutan tunggal: wakil keluarga almarhum. Yang tampil anak bungsunya: Lim Qing Hai.

Sang anak masih belum bisa berbahasa Indonesia dengan lancar. Ia ingin memberi sambutan dalam bahasa asing.

Baca Juga:

Terserah saya, ia harus pidato pakai bahasa apa. Agar lebih mudah bagi saya untuk menerjemahkannya.

Lim Qing Hai bisa berbahasa Inggris dan Arab. Sama fasihnya. Saya pilih ia pakai bahasa Inggris saja. Saya malu padanya: bahasa Arab saya parah sekali.

"Bisa bahasa Mandarin?" tanya saya pada Lim Qing Hai.

Baca Juga:

"Ma ma hu hu," jawabnya. Ma berarti kuda. Hu berarti harimau. Ma ma hu hu bukan berarti kuda kuda macan macan.

Rasanya, maksudnya: begitu begitu. Itu jawaban merendah untuk mengatakan "so so". Akan tetapi biarlah komentator Budi Utomo dan Liang YangAn yang membahasnya: mengapa pakai ma ma hu hu.

Yang meninggal memang salah satu pengurus masjid Cheng Ho. Di masjid itu pula Lim Xiao Ming menyatakan diri menjadi mualaf. Nama Indonesianya: Herman Halim.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News