Lima Harmal

Oleh Dahlan Iskan

Lima Harmal
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Tidak semua anak muda punya kesempatan merasakan tidak tidur selama lima harmal seperti itu.

Baca Juga:

Anak muda yang tiap hari diharuskan pulang akan jauh dari pengalaman itu. Anak muda yang sering ditelepon ibunya apalagi.

Mereka yang tidak tidur lima harmal itu pasti ingin tidur juga, tetapi mereka tidak bisa tidur. Mata mereka mendelik. Otak mereka terus 'bangun'. Ambisi mereka menyala-nyala. Layar komputer seperti terus mengajaknya bercanda.

Mereka itu tidak stres. Ini bukan tugas dari atasan. Yang kalau tidak selesai punya resiko dipecat.

Mereka lebih tepat dikatakan antusias. Stres dan antusias harus dibedakan. Meski akibatnya sama: tidak bisa tidur.

Pasti sesekali kepala Alghozi terkulai di meja. Tertidur, tetapi ia segera tergeragap. Merasa ada magnet kuat yang menyetrumnya.

Atau tiba-tiba ada ide besar yang melintas. Atau tiba-tiba ada jawaban dari kemacetan yang awalnya sulit diterobos.

Anak-anak muda seperti itu tidak tidur bukan karena lebay. Sungguh mati mereka ingin tidur. Tapi otak mereka jalan terus.

Fisik yang tidak bisa berjalan masih bisa dibantu kursi roda. Otak yang tidak bisa berjalan maunya hanya seperti Jiwasraya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News