Lima Sekawan Berbagi Kisah jadi Pemburu PSK di Jalanan

Dini Hari Keliling Kota, Sediakan Diri Jadi Tempat Curhat

Lima Sekawan Berbagi Kisah jadi Pemburu PSK di Jalanan
Dari kiri, Herman, Rasti, Anas, Missy, dan Bintang, lima sekawan yang begitu peduli PSK jalanan. Foto: Eko Priyono/Jawa Pos/JPNN.com

Dari sanalah, dia berhasil merayu para PSK agar mau memeriksakan kesehatan ke puskesmas. Berdasar pemeriksaan itulah, diketahui sejumlah PSK yang dikenalnya positif mengidap HIV/AIDS. Sebagai teman, dia berusaha memberikan masukan dan penjelasan tentang penyakit tersebut. Termasuk cara menjaga kondisi tubuh tetap fit.

Kebanyakan PSK di jalanan memahami jika terkena HIV/AIDS, usianya tidak lama. Padahal, virus tersebut menjadi parah ketika kondisi tubuh tidak fit. Karena itulah, dia tidak bosan mengingatkan para PSK kenalannya agar rajin minum obat.

Lima orang itu juga sering jemput bola agar para PSK mau memeriksakan diri ke puskesmas. Biaya pendaftaran di puskesmas hasil iuran para remaja tersebut. Mereka juga pernah memeriksakan secara masal PSK yang berjumlah 40 orang.
Mereka iuran untuk menyewa angkot ke puskesmas. Dari blusukan itu, mereka mendapati kenyataan hidup yang cukup miris.

”Mungkin orang lain tidak percaya. Tapi, ini ada dan nyata,” ucap Anas.

Misalnya, mereka pernah mendapati PSK yang melayani tamu dengan diantar suami dan anaknya yang masih berusia tujuh tahun.

Ketika PSK tersebut sedang menjajakan diri, suami dan anaknya menunggu di tempat yang tidak jauh dari lokasi kencan sampai selesai. Bintang dkk yang menjadi teman ngobrol ketika suami dan anak itu menunggu PSK tersebut selesai bekerja.

Pernah juga ada PSK yang berumur 53 tahun melayani tamu anak yang masih berusia 13 tahun. Ketika sedang berkencan, tiba-tiba petugas satpol PP merazia. Keduanya kemudian diangkut ke truk bersama PSK lain yang terkejar petugas.

Saat itulah PSK tersebut mengatakan kepada petugas bahwa dirinya bukanlah PSK. Dia mengaku sedang jalan-jalan bersama anaknya. Karena pengakuan itulah, mereka dilepas. Setelah dilepas, anak tersebut membayar biaya layanan seks yang diterima dari perempuan yang pantas menjadi ibunya itu.

TIDAK banyak kaum muda Surabaya seperti lima sekawan ini. Tanpa banyak umbar omongan, malam-malam mereka mencari pekerja seks komersial (PSK). Dijadikan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News