Lip Service

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Lip Service
Pak Jokowi. Foto: Ricardo/JPNN.com

Tanpa memakai mahkota pun Rhoma Irama adalah Sang Raja Dangdut.

Sebaliknya, seseorang yang ke mana-mana memasang lencana di dadanya sebagai simbol jabatan yang tinggi, tidak akan digubris oleh masyarakat, karena tidak ada pengakuan sosial atas apa yang dilakukan dan dicapainya.

Para mahasiswa pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) itu tentu belum lahir ketika era keemasan Elvis terjadi.

Mereka juga belum lahir ketika Michael Jackson dan Madonna merajai panggung musik pop dunia.

Mereka juga tidak mengalami masa-masa keemasan Rhoma Irama.

Namun, kelihatannya para pengurus BEM UI itu mendapatkan inspirasi dari para raja itu ketika memberikan gelar "The King of Lip Service" alias Raja Layanan Bibir, kepada Presiden Joko Widodo.

Tentu ini tidak sama dengan gelar para raja legendaris itu. Gelar ini agak peyoratif (peyorasi), tetapi sangat khas mahasiswa.

Para mahasiswa itu menganggap Jokowi Raja Layanan Bibir, karena apa yang diucapkan dan apa yang dilakukan tidak sinkron.

Dia bertindak tanpa visi yang jelas. Keras kepala, tetapi enggan mendengar analisis. Namun, tetap dicintai rakyat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News