Lip Service

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Lip Service
Pak Jokowi. Foto: Ricardo/JPNN.com

Para mahasiswa itu memberikan beberapa contoh inkonistensi itu.

Salah satunya adalah pernyataan Jokowi bahwa ia rindu didemo. Namun, ketika ada demo, Jokowi menghilang. Itu hanya salah satu contoh yang diberikan oleh mahasiswa.

Gelar itu seharusnya bisa dianggap sebagai lucu-lucuan saja. Atau paling banter anggap saja sebagai keusilan dan kenakalan mahasiswa.

Namun, rupanya banyak yang sensi terhadap hal-hal semacam itu, sampai Istana pun ribut berkomentar soal itu. Para pendukung Jokowi juga ramai-ramai bereaksi dan merundung para mahasiswa itu.

Ini bukan kali pertama BEM UI bersikap kritis terhadap pemerintahan Jokowi.

Saat Jokowi menghadiri acara wisuda UI, 2018, Ketua BEM UI Zaadit Taqwa tiba-tiba mengacungkan kartu kuning kepada Jokowi. Kontan saja situasi menjadi heboh dan Zaadit langsung diamankan oleh Paspampres.

Kartu kuning itu diberikan kepada Jokowi sebagai bentuk peringatan atas berbagai masalah yang terjadi di dalam negeri. Sudah seharusnya Presiden Joko Widodo diberi peringatan untuk melakukan evaluasi di tahun keempatnya. Begitu kata Zaadit.

Kartu kuning dan gelar Raja Layanan Bibir adalah protes khas mahasiswa yang tidak puas terhadap kinerja Jokowi.

Dia bertindak tanpa visi yang jelas. Keras kepala, tetapi enggan mendengar analisis. Namun, tetap dicintai rakyat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News