Listrik Atap

Oleh: Dahlan Iskan

Listrik Atap
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Pemilik pabrik tinggal terima listrik dari investor tenaga surya. Lalu membayar listrik ke investor. Dijamin setidaknya 10 persen lebih murah dari listrik PLN.

Maka siang hari pemilik pabrik membayar listrik ke investor tenaga surya. Sore sampai malam hari membayar listrik ke PLN.

Di mata pemerintah itu baik sekali. Target produksi listrik hijau bisa naik terus. Bagi PLN itu bencana. Baik di sisi keuangan maupun sistem kelistrikan. Bahkan, ada ide yang lebih gila lagi rasionalnya.

Banyak pabrik besar, dengan atap yang luas, hanya sedikit pemakaian listriknya.

Atap itu bisa menghasilkan listrik melebihi keperluannya sendiri. Kelebihan itu bisa dikirim ke pabrik lain yang atapnya tidak luas tetapi pemakaian listriknya besar.

Persoalannya: dikirim lewat apa? Jaringan kabel listrik adalah milik PLN. Bolehkah kabel PLN itu dipakai mengalirkan listrik swasta yang akan membunuhnya?

Jangan-jangan ke depan PLN itu lebih menjadi perusahaan jaringan kabel listrik.

Listrik siapa saja boleh lewat di situ. Bayar. Seperti mobil lewat di jalan tol.

Jangan-jangan ke depan PLN lebih menjadi perusahaan jaringan kabel listrik. Listrik siapa saja boleh lewat di situ. Bayar. Seperti mobil lewat di jalan tol.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News