Lokalisasi Kian Sepi, Makin Sulit Cuci Mata

Lokalisasi Kian Sepi, Makin Sulit Cuci Mata
TENAGA BARU : Dari kiri, Supadi, Suyono, dan Cahyo kini mengabdi sebagai pegawai di lingkungan Pemkot Surabaya. Foto: Anggit Satriyo/Jawa Pos

Dia pun berkeluh kesah kepada lurah Putat Jaya. ”Pak lurah bilang ada tawaran jadi petugas bakesbanglinmas,” ungkapnya sembari membetulkan posisi sabuk kopelnya. Supadi pun nekat mendaftar.

Meski demikian, dia tidak yakin bisa diterima mengingat usianya tidak lagi muda. Rasa cemas juga terus membayangi. ”Salah satunya jangan-jangan cuma sak gebyaran. Deklarasi penutupan selesai, saya tak dipekerjakan lagi,” ungkapnya. Namun, perasaan Supadi tersebut perlahan sirna. Niat pemkot merekrutnya ternyata bukan isapan jempol. Supadi masih terus dipekerjakan hingga saat ini.

Supadi mengaku, ketika memilih bekerja di pemkot, banyak tetangga yang pro menolak penutupan Dolly memandangnya sebelah mata. Mereka menuding Supadi ’’pengkhianat”. Namun, dia memilih menahan diri.

”Soal kehidupan saya dan keluarga, saya yang menentukan sendiri. Nggak boleh ada campur tangan orang lain. Termasuk saya harus bekerja apa,” ungkapnya.

Meski begitu, Supadi berharap pemkot tidak mendiamkan warga yang lain. Intervensi pemkot ke Dolly harus lebih banyak lagi. ”Kami ingin warga bisa sejahtera bersama-sama,” ujarnya. Dia juga berharap pemkot bisa terus menjaga kerukunan antarwarga di sana.

Selain Supadi, banyak warga lain yang bekerja di instansi pemkot. Mereka dahulu amat bergantung pada kemeriahan lokalisasi yang disebut-sebut terbesar di Asia Tenggara itu. Latar belakang mereka juga beragam, mulai operator kafe, pengurus kampung, hingga pengangguran. Mereka kini berseragam berupa SKPD.

Di antaranya, dinas kesehatan, dinas sosial, dinas cipta karya dan tata ruang, badan pemberdayaan masyarakat (bapemas), serta satuan polisi pamong praja. Jumlah mereka puluhan orang. Bahkan, akan terus bertambah. Mereka yang dahulu menolak bekerja di pemkot mulai berubah pikiran. Setidaknya bekerja dengan kepala lebih terdongak.

Simak saja cerita Suyono yang kini menjadi sopir ambulans di dinas sosial. Ketika lokalisasi masih beroperasi, pria 45 tahun tersebut adalah sopir carteran di Dolly.

PULUHAN warga di sekitar kawasan lokalisasi Dolly kini menyongsong kehidupan baru. Tidak lagi bergantung pada ingar-bingar prostitusi, kini mereka

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News