Loncatan Saud
Oleh: Dahlan Iskan
Pernah jadi sekjen GP Ansor. Waktu itu ketua umumnya wartawan, Slamet Effendi Yusuf. Pernah juga jadi ketua KPU (Pemilu 2009). Orang Cianjur. Anak ajengan, kiai. Lulusan Gontor, Ponorogo. S-1 nya di UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat. Master-nya di Melbourne, adik kelas Fachry Ali. Doktornya di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Maka asyik diskusi buku dengan beliau. Saya diberi buku barunya: Negara Rasional. Yakni hasil kajiannya mengenai pemikir dunia Ibnu Khaldun. Itu buku ketiga yang dia tulis.
Saya perlu ke kedutaan juga untuk mengejar Wi-Fi dosis tinggi: pagi itu harus berbicara di depan wisudawan Universitas Terbuka. Pukul 09.00. Berarti pukul 05.00 waktu Riyadh.
Harun sendiri ingin kuliah S-2 di UT. Sudah dua tahun gagal. "Harus tes TOEFL," katanya.
Dia tidak takut tesnya. Harun sudah lebih 5 tahun bekerja di kedutaan. Bahasa Inggris adalah lauk-pauknya. Tetapi untuk tes TOEFL harus pakai biaya. Mahal –untuk ukuran gajinya yang bukan diplomat. Apalagi kalau harus kursus TOEFL dulu.
"Apakah tidak bisa syarat tes TOEFL itu diganti yang lain? Misalnya jaminan dari atase pendidikan?" tanyanya.
Bagi saya itu bukan pertanyaan. Itu ide bagus untuk UT.
Ternyata sopir yang bersama saya ini juga mahasiswa UT. Asal Jambi. Sudah semester empat. Ambil ilmu pemerintahan. Dia yang memilihkan model kacamata hitam saya.
SAYA minta diantar ke mal teramai di Riyadh: ingin tahu seberapa berubah penampilan wanita Arab di depan umum. Di zaman pemerintahan putra mahkota.
- Antre Bonek
- 5 Berita Terpopuler: Daftar Verval Honorer BKN Keluar, yang Non-Database Jangan Berharap, soal PPPK Part Time Bagaimana?
- Soal IUU Fishing, RI Tidak Perlu Berkompromi dengan Vietnam
- Bank Dunia Mengakui Indonesia Berhasil Memberantas Kemiskinan Ekstrem
- Presiden Jokowi Diminta Perhatikan Nasib Ribuan Karyawan Polo Ralph Lauren dan Keluarganya
- Ngabalin Berkata Begini soal Grace Natalie & Juri Ardiantoro Jadi Stafsus Presiden Jokowi