Loyalisme yang Memerahkan Thailand

Loyalisme yang Memerahkan Thailand
Seorang demonstran Baju Merah. Foto: AFP.
Kelompok masyarakat itulah, yang disebutkan rata-rata berasal dari warga kawasan pinggir kota di Thailand, nyaris tak henti melancarkan aksi massanya dari waktu ke waktu. Termasuk yang memasuki puncaknya sejak sekitar tiga pekan lalu, ketika massa berbaju merah itu berkumpul dalam jumlah besar di kawasan perkantoran pemerintah di Bangkok.

Dalam hal ini, terkait dengan aksi yang berkelanjutan dari massa yang berkekuatan besar di bawah pengaruh Thaksin itu, sejumlah pengamat memandang bahwa memang pada dasarnya Abhisit dan pemerintahan koalisinya tidak ada apa-apanya. Mereka memandang bahwa Abhisit dan koalisinya yang rapuh, saat ini mampu bertahan hanya berkat adanya dukungan militer, terutama di bawah kepemimpinan Jenderal Anupong Paojinda.

"Kepemimpinan militer saat ini, beserta kalangan Demokrat di bawah Abhisit, sama-sama merupakan kelompok keras anti-Thaksin... Karena itulah mereka bersama," ucap Paul Chambers, pakar Thailand di Heidelberg University, Jerman.

Banyak orang memang meyakini, kendati tak kentara sampai ke permukaan, kekuatan militer lah yang memainkan peran besar dalam pelaksanaan kekuasaan saat ini, karena memang kelompok bersenjata itu pula yang menjalankan kudeta tahun 2006 lalu. Sementara dari pihak massa Baju Merah, justru sebenarnya ada tudingan bahwa mantan PM Thailand terdahulu, Prem Tinsulanonda yang saat ini menjadi Kepala Penasehat Raja Bhumibol Adulyadej, sebagai tokoh di balik semua ini.

DALAM beberapa pekan terakhir, Thailand, khususnya ibukota Bangkok, ibarat telah berubah warna bak tengah dalam momen perayaan atau karnaval khusus.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News