Lubang – Lubang Diasapi, Den Baguse Keluar, Masuk Perangkap

Lubang – Lubang Diasapi, Den Baguse Keluar, Masuk Perangkap
Noto Susilo, 54, petani Desa Jogorejo, Sendangsari, Minggir, Sleman menunjukkan tikus hasil tangkapannya Sabtu (9/3). Foto: ELANG KHARISMA DEWANGGA/RADAR JOGJA

jpnn.com - Para petani di wilayah barat Sleman, Yogyakarta, sudah menerapkan berbagai cara untuk menangkal serangan hama tikus, yang oleh penduduk setempat disebut Den Baguse. Memelihara burung hantu (tyto alba), mina padi, hingga memasang jebakan dengan trap barrier system (TBS).

Namun cara itu dinilai membutuhkan biaya mahal. Sehingga para petani tetap mempertahankan cara menangkal tikus secara tradisional.

Sejauh ini gropyokan tikus dinilai sebagai langkah paling efektif. Dilakukan serentak. Melibatkan puluhan petani. Di satu kawasan luas lahan pertanian.

Sekali gropyok saja bisa dapat ribuan ekor tikus. Gropyokan tikus dilakukan dengan mengasapi lubang-lubang tanah. Lubang itulah yang menjadi akses Den Baguse. Tak berapa lama tikus-tikus akan keluar.

Di depan lubang itu petani memasang semacam alat jebakan. Berupa keranjang dari kawat besi. Dalam satu lubang saja bisa terdapat puluhan ekor tikus.

Itulah kenapa petani, khususnya di wilayah barat Sleman, masih mentradisikan gropyokan tikus. Dianggap sebagai cara paling jitu untuk menekan populasi tikus.

BACA JUGA: 24 PNS Sudah Dipecat, tak Berhak Terima Dana Pensiunan

“Kalau sudah diserang Den Baguse, bisa dibilang petani gagal total. Meski ada yang bisa dipanen, jumlahnya tak seberapa,” ungkap Noto Susilo, 54, petani di Padukuhan Jogorejo, Sendangsari, Minggir, Sleman akhir pekan lalu.

Berbagai cara telah dilakukan petani di wilayah Sleman untuk untuk menangkal serangan hama tikus alias Den Baguse.

Sumber Radar Jogja

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News