Luhut dan Muhadjir

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Luhut dan Muhadjir
Ilustrasi - Menko PMK Muhadjir Effendy. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Di luar negeri panen puja puji, di dalam negeri banjir caci maki.

Presiden Jokowi kabarnya sedang menjadi bintang dalam pertemuan para pemimpin dunia yang tergabung dalam G-20.

Dalam pertemuan yang berlangsung di Roma, Italia, Presiden Jokowi menjadi pusat perhatian, terutama karena Indonesia terpilih menjadi ketua kumpulan negara-negara ekonomi besar itu untuk kepengurusan periode 2022.

Saat Jokowi asyik menikmati perhatian, di Jakarta menteri-menterinya sedang kepanasan gegara kebijakan tes polymerase chain reaction (PCR) yang diwajibkan kepada semua penumpang pesawat terbang.

Kebijakan ini ganjil dan tidak masuk akal, terutama karena harga tes yang kelewat mahal. Masyarakat protes keras, sampai akhirnya Jokowi memerintahkan penurunan harga tes. Masyarakat masih tetap protes. Akhirnya kewajiban tes dibatalkan.

Satu urusan selesai, muncul urusan lainnya.

Muncul berita bahwa Luhut Panjaitan dan Erick Thohir terlibat dalam bisnis PCR dan beberapa bisnis yang berhubungan dengan penanganan pandemi.

Luhut yang selama ini menjadi kepercayaan Jokowi dan seolah-olah untouchable kali ini tidak bisa berkutik.

Muhadjir Effendy yang mengumumkan pembatalan itu. Seharusnya memang Muhadjir yang menjadi komandan perang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News