Luhut dan Muhadjir

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Luhut dan Muhadjir
Ilustrasi - Menko PMK Muhadjir Effendy. Foto: Ricardo/JPNN.com

Erick yang selama ini mengekor di belakang Luhut, kali ini juga tidak bisa bersembunyi lagi. Masyarakat tahu bahwa dua tokoh itu menangguk untung sampai triliunan rupiah dari bisnis pandemi. Dua orang itu dikabarkan punya saham di perusahaan yang menjadi pemain dalam bisnis penanganan pandemi.

Publik menjuluki Luhut dan Erick sebagai 'peng-peng', penguasa dan pengusaha. Ada juga yang memelesetkannya menjadi penguasaha, mirip orang keselo lidah.

Kebijakannya tidak menyejahterakan, tetapi malah menyengsarakan rakyat.

Nama yang selama ini moncer mendadak redup. Pemerintah terpaksa menjilat ludah dan membatalkan kewajiban tes PCR.

Luhut yang telanjur terekspos tidak kelihatan lagi mukanya. Kabarnya Jokowi murka terhadap Luhut dan gengnya, karena kandang yang sedang ditinggal Jokowi berantakan.

Kali ini rupanya Jokowi sudah kehabisan kesabaran. Dia mengeluarkan kartu kuning dan Luhut harus minggir. Paling tidak Luhut tidak muncul ketika pemerintah mengumumkan pembatalan kewajiban tes PCR.

Lebih baik menghilang daripada menanggung malu. Mungkin begitu pikir Luhut.

Sebagai ganti muncul Menteri Koordinator Bidang Pembangunan dan Kebudayaan (PMK) Prof. Muhadjir Effendy yang mengumumkan pembatalan itu.

Muhadjir Effendy yang mengumumkan pembatalan itu. Seharusnya memang Muhadjir yang menjadi komandan perang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News