Luhut Lagi

Luhut Lagi
Luhut Binsar Panjaitan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Prabowo juga sering mengutip sejarawan Yunani, Thusidides, dan ahli-ahli strategi perang seperti Sun Tzu dan Clausewitz.

Namun, Prabowo tidak sama dengan MacArthur yang memilih pensiun sebagai orang sipil yang tidak berbisnis dan tidak mengejar karier politik. Prabowo, seperti banyak jenderal lain Indonesia, punya bisnis besar sampai menggurita ke luar negeri.

Prabowo lalu mendirikan partai politik dan menjadi calon presiden. Sekarang Prabowo menjadi menteri dan bersiap-siap terjun lagi di pilpres 2024.

Jenderal-jenderal di Indonesia pasti banyak yang pensiun dengan tenang sebagai orang sipil. Namun, banyak juga yang terjun ke bisnis sampai menjadi kaya raya. Ada pula yang terjun ke dunia politik, menjadi ketua partai atau menteri.

Bahkan, banyak juga yang merangkap menjadi pebisnis dan pelaku politik.

Karena itu, ungkapan MacArthur sering diplesetkan di Indonesia, ‘’Old soldie never die just doing business’’, Tentara tua tidak pernah mati, mereka berbisnis.

Tentu, tidak ada yang salah dengan berbisnis. Siapa pun punya hak untuk berbisnis. Demikian pula, setiap warga negara punya hak yang sama untuk berpolitik dan menjadi penguasa melalui jalur politik.

Persoalan akan timbul jika terjadi conflict of interest, konflik kepentingan. Ketika seorang penguasa sekaligus menjadi pengusaha, maka sebutannya menjadi ‘’penguasaha’’. Di situlah kemudian terjadi konflik kepentingan, dan pada akhirnya melahirkan oligarki, perpaduan antara modal dan kekuasaan.

Untuk menjawab kecurigaan Haris Azhar seharusnya Luhut menjelaskan kepada publik bahwa dia tidak berbisnis.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News