Lukisan Berbahan Ampas Kopi, Ditawar Rp 30 Juta tak Dilepas

Lukisan Berbahan Ampas Kopi, Ditawar Rp 30 Juta tak Dilepas
Imam Subandi yang sudah bertahun melukis, masih harus menggali intisari warna gelap-terang dari ampas kopi. Foto: Nur Wachid/Radar Ponorogo/JPNN.com

jpnn.com - Imam Subandi kini juga dikenal sebagai pelukis berbahan ampas kopi. Meski hasil lukisannya hanya satu warna, harga jualnya tembus puluhan juta.

NUR WACHID, Ponorogo

JOGLO di belakang rumah Imam Subandi di Kelurahan Ronowijayan, Kecamatan Siman, Ponorogo, itu layak disebut galeri. Di dalamnya penuh dengan lukisan beragam ukuran. Mulai Mulai 60x40 sentimeter hingga 1x1,5 meter.

Lukisan itu terlihat begitu hidup dengan goresan yang menceritakan berbagai kisah pewayangan. Dari sekian lukisan berbagai ukuran itu, ada yang menarik perhatian. Lukisan 1x1,5 meter yang digeletakkan di lantai tengah.

Warnanya hanya cokelat. Goresannya bercerita tentang Baru Klinthing yang menjadi legenda Telaga Ngebel. Suatu ketika, lukisan yang goresannya hanya dengan ampas kopi itu pernah ditawar Rp 30 juta. Tapi, tak dilepas.

‘’Saya sudah melukis sejak lama. Tetapi, ide membuat lukisan dari ampas kopi ini baru terbersit dua tahun lalu,’’ kata Imam Subandi.

Ampas, sejatinya endapan yang biasanya terbuang setelah kopi tandas. Tangan Imam Subandi berhasil membuktikan sisa endapan minuman itu bernilai seni dan berdaya jual tinggi. Sederhana saja, ide itu tercipta dari kebiasaannya ngopi di warung.

Semula, ampas kopi di lepek dibuatnya menggambar alakadarnya sebagai pengisi waktu saat ngopi. Dari situlah dia mulai berpikir jika menggunakan media kanvas. Di awal, dia pun harus menelateni kesulitan memilah ampas kopi yang halus dan kasar. ‘’Harus mengenali karakter ampas kopi,’’ lanjutnya.

Tidak hanya menggunakan cat warna, Imam Subandi juga melukis dengan bahan ampas kopi yang punya nilai seni tinggi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News