Lukman Sardi Didapuk jadi Ketua Rumah Aktor Indonesia

Bukan Sekadar Kualitas Akting, Attitude Jadi Pertimbangan

Lukman Sardi Didapuk jadi Ketua Rumah Aktor Indonesia
Lukman Sardi. Foto: Angger Bondan/Jawa Pos/JPNN

jpnn.com - JIWA kepemimpinan Lukman Sardi diuji lewat Rumah Aktor Indonesia. Pria 42 tahun itu didapuk sebagai ketua lembaga non profit yang menaungi para pekerja film yang masih aktif tersebut.

Menggeluti akting sejak 1978, sudah hampir 50 film yang dibintangi Lukman Sardi. Belum lagi sinetron dan film televisi. Jadi, tak lagi perlu meragukan kemampuannya melakoni peran. Sederet penghargaan yang diraihnya, bisa menjadi bukti kualitas aktingnya. Diantaranya, The Best Actor Bali International Film Festival 2006, Pemeran Utama Pria Terpuji Festival Film Bandung 2006, dan Pemeran Pendukung Pria Terbaik Festival Film Indonesia 2007.

Berkat kemampuan dan eksistensinya itu, Lukman dipercaya menahkodai Rumah Aktor Indonesia (RAI), sebuah lembaga non profit di bidang perfilman. ”Ini organisasi baru di bidang perfilman. Di sini saya terpilih menjadi ketua,” ujar Lukman saat ditemui di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, Senin (2/9).

Sejauh ini, RAI sudah punya 50 anggota. Jumlahnya memang tidak sebanyak aktor yang kini menghiasi industri perfilman tanah air. Maklum, ada persyaratan khusus untuk bisa menjadi bagian RAI. Salah satunya, setidaknya sudah membintangi lima film selama menggeluti akting. ”Kita punya sistem perekrutan. Misalnya, harus main lima film. Ini untuk menstandarkan,” katanya.

Tetapi soal usia, lanjut Lukman, tidak menjadi batasan. Selama masih aktif di film, bisa menjadi anggota RAI. Keaktifan itu yang membuat mereka bisa mengamati perkembangan perfilman nasional. ”Kalau harapan banyak. Tapi tentunya perkembangan yang baik, mulai kuantitas, kualitas. Yang bergabung dalam organisasi ini adalah mereka yang masih produktif. Kalau tidak pernah main film, bagaimana mengetahui perkembangan film,” tutur aktor kelahiran Jakarta, 14 Juli 1971 itu.

Lukman menegaskan, aktivitas anggota RAI bukan sekadar kongkow membicarakan dunia perfilman ngalor-ngidul. Namun, ada upaya untuk memperbaiki infrastruktur perfilman Indonesia, sehingga tercipta kondisi yang lebih kondusif bagi semua stakeholder perfilman nasional. ”Untuk tujuan ini, tidak mungkin pekerja perfilman bekerja sendiri, harus berjalan bersama-sama, karena semuanya saling berkaitan,” terangnya.

Selain untuk kepentingan dunia perfilman Indonesia, tambah Lukman, organisasi tersebut bisa memberikan kontribusi bagi anggotanya. Sebab, di RAI mereka diberikan ruang untuk menjadi pekerja film yang profesional. ”Kualitas banyak, tapi apakah mereka benar-benar aktor. Bisa saja aktingnya bagus, tapi kalau attitude-nya (perilaku) nggak bagus, gimana? Jadi harus ada standar profesionalisme,” ungkapnya.

Tugas barunya tersebut diakui Lukman tidak mengganggu pekerjaannya. Apalagi, dia sudah menyelesaikan dua film barunya, Sukarno: Indonesia Merdeka dan Edensor. ”Nggak masalah, ada teman-teman yang bantu. Saya ketua, tapi teman-teman yang lain juga ikut kerja. Aktor kerjaannya di lapangan, kita sudah pikirkan itu. Kita tarik orang-orang profesional,” pungkasnya. (ash)


Berita Selanjutnya:
Pilih Fungsi, Bukan Fisik

JIWA kepemimpinan Lukman Sardi diuji lewat Rumah Aktor Indonesia. Pria 42 tahun itu didapuk sebagai ketua lembaga non profit yang menaungi para pekerja


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News