Magang di Jepang, Kementan Dorong Petani Milenial Garut jadi Pengusaha Pertanian

Menurutnya, dengan perkembangan teknologi pertanian sekarang ini, siapa pun bisa menjadi petani.
Dia menegaskan di era sekarang ini pola pertanian sudah berbeda dengan masa lalu.
"Dengan kecanggihan sains, riset, dan teknologi tidak lagi mengharuskan petani terjun ke lumpur. Kakinya tidak lagi kotor karena lumpur," jelasnya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menambahkan, petani milenial jebolan magang di Jepang mendapatkan pengalaman berharga yang ditularkan kepada rekan-rekan di kampung halamannya di Garut.
"Jadi di sini (Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kecamatan Wanaraja) ada alumnus magang di Jepang," ungkap Dedi saat berdialog dengan puluhan petani milenial, Selasa (29/12).
Dedi mengatakan ternyata dengan magang Jepang itu kemampuan, pengalaman, dan keterampilan bertani meningkat pesat.
"Dia begitu pulang langsung jadi pengusaha petani milenial. Artinya bukan hanya berproduksi tetapi juga menghasilkan," kata Dedi.
Menurut Dedi, yang membanggakan adalah tidak hanya sekadar menjadi petani milenial mandiri, alumnus berama Dimyati, itu juga menularkan ilmunya kepada rekan-rekannya sesama milenial.
Menteri Syahrul menyiapkan kurang lebih 2,5 juta petani milenial dalam kurun waktu lima tahun ke depan.
- Wamentan Sudaryono Kunjungi Pusat Pertanian di Belanda, Ini Tujuannya
- Kementan Kukuhkan Young Ambassador Agriculture 2025 & Duta Brigade Pangan Inspiratif
- Mentan Amran Sebut Produksi Beras Melonjak, Ini Angka Tertinggi
- Wamentan Sudaryono Optimistis Indonesia Jadi Lumbung Pangan Dunia
- Kementan Cetak Petani Muda, Indonesia Jadi Role Model Global
- Mentan Amran dan Wamentan Sudaryono Jadi Ujung Tombak Mencapai Swasembada Pangan