Mahasiswa UI Ciptakan Inovasi Slang Pengisi Lambung
Berawal dari Kesalahan Pemasangan yang Nyasar ke Paru-Paru
Cara kerjanya, ujung slang yang sudah diberi enam lubang kecil dimasukkan melalui hidung seperti biasanya. Dengan skema pengukuran panjang tertentu, bisa diperkirakan mulut slang itu sudah hampir masuk faring. Kemudian, slang dimasukkan ke faring sedalam 2 cm. Lalu, ditunggu apakah kantong plastik di ujung satunya kembang kempis atau tidak. Jika kantong plastik itu kembang kempis, berarti slang masuk ke saluran pernapasan. Sebab, slang tersebut teraliri udara dari sistem pernapasan pasien.
’’Jika kantongnya kembang kempis, slang harus segera dicabut, tapi cukup sekitar 2 cm saja,’’ jelasnya.
Setelah itu, dimasukkan kembali ke saluran penceranaan. Indikasi bahwa slang tersebut masuk ke saluran pencernaan terlihat dari kantong plastik yang tidak kembang kempis lagi. Dengan skema pendeteksian dini seperti itu, Sigit yakin kesalahan memasukkan slang tidak sampai terjadi. Sebab, kesalahan itu bisa berdampak fatal. Slang tersebut bisa mengakibatkan paru-paru terluka.
’’Paru-paru yang terluka bisa membuat penyakit baru yang ketahuannya beberapa waktu ke depan,’’ jelasnya.
Saat masih mahasiswa, Sigit pernah mengetahui kesalahan pemasangan slang untuk lambung itu. Setelah diketahui slang tersebut masuk paru-paru, kondisi pasien langsung memburuk. Beberapa hari kemudian, pasien itu meninggal.
Anak pertama di antara lima bersaudara tersebut menjelaskan, modivikasi kantong plastik di mulut slang memiliki banyak fungsi. Selain bisa kembang kempis untuk mendeteksi udara, kantong tersebut bisa menjaga kebersihan mulut slang. Dia mengatakan, mulut slang itu rawan terkontaminasi bakteri. Akan menjadi fatal jika bakteri dari mulut slang tersebut masuk sampai ke lambung.
Terkait karya inovasinya itu, Sigit sudah mengecek ke website-website paten di luar negeri, memang belum ada duanya. Di Singapura sejatinya ada inovasi untuk mencegah terjadinya kesalahan pemasangan slang NG Tube masuk ke paru-paru.
’’Tetapi, inovasi dari Singapura itu butuh peralatan eksternal yang harus beli lagi,’’ jelasnya.
Sigit Mohammad Nuzul dan Adeline Sthevany telah menjadi oase dengan karya inovasi Safety Nasogastric Tube. Alat itu menjaga keselamatan pasien dalam
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor
- Pesantren Ala Kadarnya di Pulau Sebatik, Asa Santri di Perbatasan Negeri