Mahfud MD Anggap Greenflation Isu Recehan, Ternyata Ini Pentingnya bagi Indonesia

Mahfud MD Anggap Greenflation Isu Recehan, Ternyata Ini Pentingnya bagi Indonesia
Mahfud MD bersalaman dengan Gibran Rakabuming Raka di atas panggung Debat Keempat Cawapres Pemilu 2024 di Gedung JCC, Jakarta, Minggu (21/1). Foto: Ricardo/JPNN

Contohnya adalah logam seperti tembaga, litium, dan kobalt. Permintaan akan logam-logam ini dalam teknologi berkelanjutan jauh lebih besar dibandingkan dengan teknologi yang tidak ramah lingkungan.

Selain itu, contoh konkret lain bisa dilihat pada perbandingan kendaraan listrik yang memerlukan lebih banyak mineral dibandingkan dengan kendaraan konvensional, atau pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai yang memerlukan ketersediaan tembaga dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga gas.

Kenaikan harga logam dasar dan mineral ini terjadi karena permintaan yang tinggi tidak diimbangi dengan peningkatan pasokan yang memadai.

Dalam upaya untuk meningkatkan pasokan, seringkali diperlukan waktu yang cukup lama, yaitu antara lima hingga sepuluh tahun untuk mengembangkan tambang baru.

Sebagai contoh, terjadi lonjakan harga yang signifikan pada litium, di mana harga litium meningkat sebanyak 1.000 persen antara tahun 2020 dan 2022.

Mengapa Masalah Greenflation Menjadi Penting bagi Indonesia

Saat ini, Indonesia juga tengah mendorong transisi hijau, sejalan dengan target untuk mencapai emisi bersih pada tahun 2060.

Salah satu fokus utama dalam upaya ini adalah mendorong penggunaan sumber energi hijau.

Mahfud MD tak memberikan jawaban maksimal dan menganggap greenflation hanya isu recehan yang tidak perlu dibahas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News