Mahmoed Marzuki, Kaki Diikat, Kepalanya di Bawah, Dicambuk

Kisah Pahlawan yang Wafat di Usia Muda

Mahmoed Marzuki, Kaki Diikat, Kepalanya di Bawah, Dicambuk
Seorang bocah membawa Bendera Merah Putih di Sungai Kalianyar, Solo, Kamis, 17 Agustus 2017. Ilustrasi Foto: Arief Budiman/Radar Solo/JPNN.com

Setelah itu, Mahmoed Marzuki mendirikan perguruan Mualimin Muhammadiyah, di Kumantan Bangkinang Kota.

Sekarang jadi pondok pesantren Mualimin Muhammadyah. Selain pendiri, guru, Mahmoed Marzuki juga sebagai pengawas sekolah di Bangkinang dan Sumbar.

"Beliau ini salah satu pendiri Muhammadiyah di Riau. Itu pengaruh dari KH Ahmad Dahlan dan Buya Hamka," kata Latif.

Selain itu, Mahmoed Marzuki juga telah mendirikan kelompok pengajian Ukhuwah. Di Pemerintahan Indonesia, Mahmoed Marzuki juga pernah diangkat sebagai Ketua Komite Nasional (KNI) Sumatera Tengah. Wakilnya saat itu H M Amin. Ada 61 orang pengurusnya.

Empat Kali Diajukan Pahlawan

Abdul Latif Hasyim mengaku, sudah empat kali mengukan ke Pemerintah Pusat untuk pengangkatan Mahmoed Marzuki ini sebagai Pahlawan Nasional. Perjuangan untuk menjadikan putra Kampar ini sebagai pahlawan, dimulai sejak tahun 1988.

“Saya termasuk tim penulis sejarah. Tahun 1988, saya penulis makalah. Buya Sani juga masuk tim. Ada juga buk Rosnaniar, mantan anggota DPR RI. Beberapa kali makalah kami diseminarkan," ujar dia.

Seminar ini dilakukan di berbagai tempat. Pernah di Kantor Bupati Kampar, pernah juga di Kantor Gubernur Riau. Terakhir, di tahun ini seminar di Pekanbaru, di Hotel Arya Duta.

Di Riau, Kampar khususnya, Mahmoed Marzuki membentuk semacam pergerakan pejuang. Anggotanya ada juga yang tergabung dalam Harimau Kampar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News