Maluku Harus Dapat Manfaat Setimpal Blok Masela

Maluku Harus Dapat Manfaat Setimpal Blok Masela
Direktur Archipelago Solidarity (Arso) Foundation, Dipl.-Oek. Engelina Pattiasina (tengah) foto bersama akademisi Maluku saat memberikan kuliah umum di Fakultas Pendidikan MIPA Universitas Pattimura, Ambon, Selasa (1/11) dengan tema ”Maluku: Pilihan Kemitraan Strategis”. FOTO: Dok.Pri for JPNN.com

Engelina mencontohkan, jelang akhir abad 20, Deng Xiaoping asal Tiongkok diakui sebagai perancang pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Ia mampu meningkatkan standar hidup rakyat lebih dari satu miliar jiwa.

Tahun 1978-1984, Deng merilis strategi kebijakan gaige kaifang (reformasi dan keterbukaan) guna menguji dan memperkaya ideologi, memacu agrikultur, dan ekonomi-pasar sosialis Tiongkok. Strateginya ialah shí shì qiú shì atau “seek truth from facts”. “I don't care if it's a white cat or a black cat. It's a good cat so long as it catches mice!.” Intinya, tidak penting, kucingnya hitam atau putih, sejauh dapat menangkap tikus.


Motor Penggerak

Engelina berharap, Unpatti dan universitas lainnya di Maluku dapat berfungsi sebagai motor penggerak dan partner pemerintah untuk mengawal pengelolaan 25 blok migas yang ada. Lembaga riset juga diharapkan mampu untuk melahirkan reformasi pendidikan, guna meningkatkan kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga outputnya, dapat digunakan sebagai solusi dalam menghadapi masalah pendidikan di Maluku.

Engelina mengatakan, Awal abad 21, sekitar 90 persen zona kepulauan Maluku dengan luas 850.000 kilometer persegi, terdiri dari laut. Kepulauan Maluku sangat kaya keragaman-hayati, ikan, emas, minyak, gas dan mineral strategis lainnya.

Resikonya yakni selama 400 tahun terakhir, zona-zona kaya sumber alam sering terjebak konflik dan kemiskinan atau the paradox of plenty. Sebanyak 15 blok Minyak dan Gas (Migas) dikelola oleh investor asing di Maluku, sedangkan 10 blok lainnya masih ditawarkan ke para investor.

Namun, menurut Biro Pusat Statistik (BPS) Maluku tahun 2015, Provinsi Maluku yang berpenduduk 1,6 juta jiwa, 18,84 persen atau sekitar 307.000 jiwa adalah penduduk miskin dan menempati urutan ke-4 setelah Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Engelina berpendapat, Maluku dapat keluar dari jebakan paradox of plenty, resiko konflik dan kemiskinan dengan menerapkan model triple-helix dalam program kebijakan pembangunan berkelanjutan (triple-bottom-line). Misalnya, level partisipasi masyarakat Maluku dan sekitarnya sangat bergantung pada pilihan zona dan teknologi ekstraksi sumber-sumber alam seperti 25 blok migas Maluku.

AMBON - Provinsi Maluku yang memiliki sumber daya alam berupa migas dan hasil laut yang melimpah tidak dapat keluar dari peringkat ke-4 termiskin

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News