Mantan Penata Rambut yang jadi Ibu Negara

Mantan Penata Rambut yang jadi Ibu Negara
Mantan Penata Rambut yang jadi Ibu Negara
Selalu ada perempuan cantik yang cenderung licik di balik revolusi. Itulah yang dipaparkan sastrawan Inggris William Shakespeare lewat mahakarya dramanya, Macbeth. Filipina punya Imelda Marcos. Rumania memiliki Elena Ceaucescu. Prancis punya Marie Antoinette. Kini Tunisia memiliki Leila Trabelsi alias Leila Ben Ali.

HIDUNG mancung dan kulit Trabelsi yang putih serta mulus menjadi candu yang memabukkan Zine El Abidine Ben Ali. Takluk kepada kecantikan perempuan 53 tahun tersebut, pemimpin yang usianya 21 tahun lebih tua itu pun memberikan segalanya. Harta, kekuasaan, bahkan kehormatan. Ben Ali berselingkuh dengan Trabelsi saat masih terikat perkawinan dengan Na"ima El Kafy. Dia bahkan menceraikan istri pertamanya pada 1988, saat tahu Trabelsi mengandung buah cinta mereka.

Terlalu dimanjakan membuat Trabelsi yang kala itu berprofesi sebagai penata rambut keblinger. Dia menjadi serakah. Menyandang gelar ibu negara membuat anak perempuan satu-satunya Mohamed dan Saida itu makin lupa daratan. Dia memanfaatkan kekuasaan dan jabatan si suami untuk menimbun kekayaan. Bukan hanya demi kesejahteraan pribadi, tapi juga keluarga besarnya. Celakanya, saudara-saudara Trabelsi pun tertular rakus dan memuja harta.

"Mereka (Trabelsi dan keluarga besarnya) adalah pencuri, penipu, bahkan pembunuh. Tujuan mereka hanya harta," seru Mantasser Ben Mabrouk, salah seorang warga Kota Tunis, dalam wawancara dengan Huffington Post awal pekan ini. Belajar dari Trabelsi yang diperistri Ben Ali pada 1992, keluarga besar pemimpin Organisasi Perempuan Arab (AWO) itu juga ikut-ikutan berburu harta. Mereka tidak segan meminta komisi dari para pebisnis dan membebani rakyat dengan pungutan liar.

Selalu ada perempuan cantik yang cenderung licik di balik revolusi. Itulah yang dipaparkan sastrawan Inggris William Shakespeare lewat mahakarya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News