Mantan Pilot Ini Mendapat Julukan Malaikat
Budi berkisah, semua itu bermula dari ketidaksengajaan dirinya dan keluarga menyaksikan tayangan kamp pengungsi Timtim di Atambua yang sangat menyedihkan.
Melihat itu, Budi dan keluarga yang sedang makan dan merencanakan liburan keliling dunia mendadak jadi tidak berselera makan lagi.
Mereka ”tidak sampai hati” untuk memakan makanan lezat yang sudah disuguhkan, sedangkan di Atambua ada ratusan pengungsi yang kelaparan dan hidup memprihatinkan.
Budi menceritakan, kondisi para pengungsi parah sekali. Tenda pengungsiannya sangat tidak layak.
Tempat tinggal sementara itu dibangun dari kardus, kain spanduk, dan barang-barang bekas yang ditali ke pohon. Belum lagi kebutuhan makanan mereka.
Saat Budi dan keluarganya bersiap menikmati hidangan makanan Korea favorit mereka, para pengungsi harus membagi satu mi instan dengan seluruh anggota keluarga.
”Mereka masak mi di bekas kaleng cat. Mereka lalu memasukkan semua sayuran yang ada di sekeliling mereka. Termasuk rumput krokot yang tumbuh liar di situ,” kata Budi yang masih terbayang kondisi di pengungsian Timtim tersebut hingga sekarang.
Budi, istri, dan ketiga anaknya lantas saling pandang. Mereka mencoba saling meyakinkan apakah rencana liburan mereka yang dipersiapkan sejak lama akan tetap dilaksanakan atau tidak.
SOSOK Budi Soehardi cukup beken di kalangan masyararakat Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Mantan pilot Garuda dan Singapore Airlines itu
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor