Manufacturing Hope

Manufacturing Hope
Dahlan Iskan menikmati perjalanan dengan kereta api yang berhenti menjelang tiba di Rocky Mountains. Foto: Disway

Inilah satu-satunya novel yang tidak saya baca sampai habis. 40 tahun yang lalu. Baru saya habiskan belakangan ini.

Forrest Fenn menyadari luasnya Rocky Mountain. Karena itu dia memberi petunjuk. Arah. Tanda-tanda. Wujudnya sebuah puisi:

Begin it where warm waters halt
And take it in the canyon down,
Not far, but too far to walk.
Put in below the home of Brown.

Puisi teka-teki. Heboh.

Itu tahun 2010. Sampai hari ini belum ada yang menemukannya. Sudah lebih 300 orang menjelajah Rocky Mountains.

Saya bisa membayangkan beratnya petualangan ini. Saya pernah menyusuri pegunungan ini. Dua tahun lalu. Mulai dari Montana, Wyoming, South Dakota, Colorado, Arizona sampai Utah.

Setir mobil sendiri. Selama 15 hari. Luar biasa indahnya. Terutama di Yellow Stone. Luar biasa terjalnya.

Satu orang pemburu dari kota Batavia, dekat Chicago, meninggal di daerah ini. Luar biasa ngerinya. Terutama di Colorado.

Forrest Fenn, pernah bertempur di Vietnam. Sebagai Angakatan Udara Amerika. Kini dia bertempur dengan imajinasinya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News