Mao Muda

Oleh: Dahlan Iskan

Mao Muda
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Malam itu juga, saya minta diantar ke pasar Covid-19 itu. Besoknya saya sudah harus ke kota Changsha.

"Pasarnya sudah ditutup. Tetap mau ke sana?" tanya temannya teman saya yang mengemudikan Mercy itu. "Tetap ingin ke sana," jawab saya.

Kami pun menuju pasar itu. Jaraknya 40 menit dari pusat kota. Tetapi lokasi itu masih belum termasuk pinggir kota.

Berarti kota Wuhan ini memang besar sekali. Terbesar di Tiongkok tengah.

"Besar mana dengan Jakarta?" tanya saya pada si Mercy. "Besar Jakarta," jawabnya. Ia memang sudah sering ke Jakarta. "Besar Wuhan," tukas saya.

Kami tidak ingin memperpanjang debat. Kami menikmati cahaya lampu yang seperti tidak mikir tarif listrik.

"Siapa yang membayar listriknya? Masing-masing pemilik gedung?" tanya saya.

"Bukan. Listriknya dibayar Pemda Wuhan," jawabnya.

SAYA putuskan: ke Wuhan. Malam itu juga, saya minta diantar ke pasar Covid-19 itu. Besoknya saya sudah harus ke kota Changsha.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News