Masalah Kejiwaan Melanda Pasien COVID dan Keluarga yang Ditinggalkan

Masalah Kejiwaan Melanda Pasien COVID dan Keluarga yang Ditinggalkan
Hilda Sofion (kiri) sekarang tinggal sendirian setelah kehilangan kedua orang tuanya dan adiknya. (Supplied)

"Saya mendapat bimbingan dan dukungan dari suster dan pastor di gereja saya. Dari mana saya belajar untuk tenang dan berusaha bangkit dari kesedihan untuk mengurus berbagai hal yang perlu diurus karena kepergian mereka yang mendadak," kata Hilda.

Berdampak pada kejiwaan

Di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Syukron Aziz kehilangan ayahnya yang bernama Ridwan.

Ayahnya yang bekerja sebagai pegawai PDAM meninggal di pertengahan Juli karena COVID-19.

"Kami tidak tahu dari mana dia mendapatkan virus, karena tidak ada orang-orang di sekitar kami yang terkena," ujar pria berusia 26 tahun tersebut.

"Dalam rentang seminggu bapak meninggal," kata Syukron kepada ABC Indonesia.

Syukron mengaku kepergian ayahnya yang dirasakannya mendadak sangat berpengaruh pada ibunya.

"Waktu bapak meninggal ibu saya berteriak-teriak dan kemudian sering kali melamun."

"Ibu kemudian harus dibawa ke rumah sakit jiwa untuk mendapatkan perawatan dan setelah diberi obat sekarang sudah mendingan," kata Syukron, yang bekerja sebagai guru sebuah sekolah madrasah.

Sejumlah warga di Indonesia menceritakan dampak psikologis yang mereka rasakan setelah anggota keluarganya meninggal akibat COVID-19

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News