Masalah Tersembunyi di Australia: Migran dan Pengungsi Paling Banyak Jadi Gelandangan

Aiden yang sekarang berusia empat tahun menderita beberapa gangguan perkembangan seperti autisme, gangguan pada otak, dan masalah lain.
Rumah yang mereka tempati penuh sesak dan tidak layak untuk bisa mengurusi Aiden.
Mereka bisa menyewa rumah dengan bayaran Rp16 juta per bulan itu karena bantuan organisasi komunitas Refugee Voices.
Roya ingin pindah ke akomodasi yang lebih memadai untuk mengurusi anaka yang difabel seperti Aiden, yang tidak bisa menggerakkan kakinya sendiri.
Namun dia juga khawatir bahwa mereka bisa menjadi gelandangan lagi kalau mereka harus keluar dari rumah sekarang.
Ketika membicarakan situasi yang dialaminya, Roya tidak kuasa menahan kesedihannya akan nasib mereka saat ini.
"Saya tidak ingin apapun untuk saya, hanya untuk anak saya. Dia tidak punya dosa sama sekali, dia lahir di sini. Saya tidak bisa membawa dia ke tempat lain lagi."
Masalah sepenuhnya perumahan ini tidak diketahui
Pengalaman Roya bukanlah pengalaman unik yang dialami oleh pengungsi dan migran di Australia.
Pengamat sosial mengatakan banyak migran dan pengungsi tidak memiliki tempat tinggal dan terpaksa tidur di jalanan
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas
- Menteri Karding Siapkan Strategi soal Lonjakan Pekerja Migran Ilegal ke Myanmar-Kamboja