Master Letnan

Oleh: Dahlan Iskan

Master Letnan
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

"Sejak kecil saya sudah jadi go-send," guraunya. Farid adalah anak pasar. Siapa nyana ia bisa jadi jenderal.

Dalam hal bahasa Inggris, Farid selalu ingat nasihat danjen Kopassus kala itu: kalian itu dari segi apa pun unggul daripada tentara negara Barat. Tetapi begitu tentara barat bicara dengan kalian dalam bahasa Inggris langsung kalian kalah.

Farid selalu berhasil mengikuti latihan apa pun di Kopassus. Sampai pun untuk kualifikasi yang paling tinggi: Sandi Yudha. Sering pula ia yang nomor satu.

Kemampuan fisiknya itulah yang membuat ia hampir frustrasi ketika dapat penugasan yang serba senyap di "bawah tanah".

Akan tetapi dengan tambahan kemampuan bahasa Inggris, Farid unggul di banyak hal.

Ia sering masuk delegasi penting ke luar negeri. Pun ketika Indonesia harus menjelaskan masalah pelanggaran HAM ke Kongres Amerika Serikat. Farid ada di dalamnya: menghadapi 7 anggota Kongres.

Akhirnya Farid dapat tugas memimpin pasukan besar: jadi komandan Brigif 13 Galuh. Markasnya di Tasikmalaya. Tentu pengalaman internasional Farid melebihi lingkup sebagai Dan Brigif.

Farid populer sekali di Tasik. Meski jabatannya Dan Brigif, Farid menjadi koordinator banyak pejabat tinggi di sana. Tiga kepala daerah, tiga pimpinan DPRD, instansi-instansi horizontal, semua meminta Farid menjadi koordinator mereka.

Mayjen Farid Makruf lulus: dapat gelar master, padahal belum punya ijazah S1. Pangdam V/Brawijaya itu lulusan Master of Art dari Inggris. Begini kisahnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News