Masyarakat Panik karena Corona, Penipuan Online Makin Marak

Masyarakat Panik karena Corona, Penipuan Online Makin Marak
Warga mewaspadai virus corona dengan menggunakan masker. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Di tengah kesulitan masyarakat mendapatkan alat kesehatan, angka penipuan di marketplace ternyata mengalami peningkatan.

Data marketplace menunjukkan bahwa di bulan-bulan belakangan seiring dengan berkembangnya pandemi Covid-19 dan makin banyaknya warga yang tinggal di rumah, terjadi peningkatan pelaporan penipuan.

Di Tokopedia, ribuan merchant menjual berbagai alat kesehatan dengan harga tak wajar, dengan membuat harga, judul, dan deskripsi, yang mengeksploitasi wabah virus corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19.

Ribuan merchant Tokopedia yang melanggar itu akhirnya ditutup, setelah ada imbauan dari Kominfo.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Kemkominfo Semuel Abrijani Pangerapan, menjelaskan, untuk mengantisipasi kasus-kasus penipuan di marketplace, Kominfo sudah melakukan pertemuan dengan marketplace, dan bersyukur marketplace sudah melakukan tindakan dengan menutup ribuan merchant. Tindakan itu ternyata sudah dilakukan sebelum Kominfo memanggil marketplace.

Dijelaskan Semuel, sangat tidak elok di tengah kondisi pandemi Covid-19, justru harga harga alat kesehatan melonjak.

Tindakan marketplace seperti Bukalapak menutup akun penjual yang menawarkan harga alat kesehatan tidak normal, dinilai positif. Karena hal itu juga dilakukan oleh marketplace di luar negeri seperti Amazon dan lain-lain.

“Tindakan penutupan itu positif dan itu bukan hanya di Indonesia, di Amerika juga dilakukan, dilakukan Amazon memblok penjual. Tidak elok di saat sulit justru bertindak seperti itu,” ujar Semuel dalam siaran persnya, Jumat (27/3).

Ia berharap, masyarakat juga lebih hati-hati. Jika memungkinkan, lakukan perbandingan harga, dan juga mencari produk seperti masker di apotik-apotik, atau aplikasi yang spesifik untuk kesehatan.

Adapun untuk kasus-kasus phising, kata Semuel, secara khusus ditangani Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) karena terkait dengan keamanan informasi. Namun Kominfo juga aktif, mengedukasi publik, agar hati-hati. Misal agar tidak mengklik link atau url website yang mencurigakan.

“Masyarakat jangan mudah klik link website yang mencurigakan, seringkali link misal menambahkan satu dua huruf satu dua kata, seperti aslinya, padahal ulr website tidak benar,” ujar Semuel.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah, mewanti-wanti agar masyarakat lebih hati-hati dalam berbelanja daring, juga benar-benar mencermati setiap prosedur saat berbelanja, agar tidak dirugikan.

Pasalnya, di tengah wabah Covid-19, di mana warga membutuhkan banyak alat kesehatan untuk melindungi diri dan keluarga, muncul pihak yang tidak bertanggung jawab melakukan penipuan memanfaatkan kepanikan.

Modus penipuan beragam, termasuk melalui pengiriman barang bodong dan juga melalui phising. Phising menjadi salah satu andalan penipu di tengah timbulnya permintaan tinggi dan kepanikan masyarakat untuk mencari alat kesehatan.

Piter menjelaskan, untuk mengurangi penipuan di perdagangan online memang tidak mudah.

Menghilangkan sama sekali rasanya tidak mungkin. Karena itu, ia mendorong agar marketlpace lebih gencar meningkatkan sosialisasi dan edukasi tentang bagaimana belanja online secara aman.

“Salah satunya hanya belanja online di marketplace yang sudah teruji dan kredible serta pergunakan sistem yang mereka punya,” ujar Piter.

Dia menambahkan agar konsumen jangan mau dipancing bertransaksi atau menyerahkan data-data di luar sistem, meskipun bertemu seller di marketplace.

Selain sosialisasi edukasi, tak kalah penting, pemerintah juga menata regulasi tentang perizinan dan pengawasan terhadap mereka yang melakukan penjualan secara online. Mereka yang akan menjual sesuatu secara online hendaknya terdaftar dan diawasi.

Langkah selanjutnya meningkatkan peran lembaga perlindungan konsumen untuk menampung pengaduan korban penipuan perdagangan online.

Market place juga harus bertanggung jawab apabila terjadi penipuan oleh slah satu lapak atau penjual yan ada di marketplace yang mereka kelola.

“Semua praktek tak wajar termasuk menjual di atas harga pasar memanfaatkan situasi seperti wabah corona seharusnya menjadi bagian yang diawasi dan dicegah oleh pengelola marketplace dibawah pengawasan pemerintah,” tegas Piter.

VP of Corporate Communications Tokopedia, Nuraini Razak, mengklaim sudah menutup ribuan toko yang mengeksploitasi dampak COVID-19, terutama ketegori kesehatan. Tokopedia juga membuka pengaduan atau laporan dari masyarakat yang nantinya secara berkala akan ditinjau atau review.

CEO Bukalapak, Rachmat Kaimuddin menambahkan bahwa Bukalapak terus melakukan pengawasan dan penindakan atas toko online atau pelapak yang menjual barang dengan harga tidak wajar. Hingga Senin (23/3), ia mengaku telah menindak tegas pelapak yang melakukan praktik penjualan masker dan hand sanitizer di luar harga batas wajar.

“Kami sudah menindak tegas pelapak kami yang mengambil keuntungan yang tidak wajar dalam kondisi ini. Kami akan terus memantau, memonitor situasi ini, dan melanjutkan tindakan yang tegas tersebut jika diperlukan,” ucap Rachmat. (esy/jpnn)

Data marketplace, terjadi peningkatan pelaporan penipuan belanja online di tengah kepanikan masyarakat menghadapi virus corona, COVID-19.


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News