Mati di Parit

Oleh Dahlan Iskan

Mati di Parit
Foto: disway.id

Harus ganti bus di kota Leeds. Daripada naik kereta yang harus ganti kereta di Sheffield. Dan lagi karcis kereta empat kali lebih mahal. Meski, memang, dua kali lebih cepat.

Kali ini saya tidak kesusu. Naik bus lima jam pun gak apa-apa. Bisa lewat kota lain seperti Nottingham.

Tanah pertanian sepanjang perjalanan lagi kosong. Seperti habis panen gandum. Jeraminya masih belum diangkut.

Di tanah pertanian Amerika jerami seperti itu dibentuk dalam gulungan-gulungan. Di Inggris lebih banyak dalam bentuk kubus. Entah mana yang lebih efisien.

Di bundaran tadi, di pusat kota Newcastle itu, tidak hanya ada demo anti-Brexit. Ada juga kampanye antidaging.

Sasarannya pemakan daging. Tema demonya menarik: kebakaran besar di hutan Amazon sekarang ini menyebabnya satu --lantaran manusia memakan daging.

Apa hubungannya?

Mereka punya bukti: perburuan daging di Amazon tinggi. Dan lagi orang yang makan daging itu badannya panas. Membuat orang penuh nafsu. Rakus. Hutan pun harus dirusak.

Di tengah keramaian itu ada juga yang bete. Satu orang. Wanita. Duduknya sembrono. Roknya pendek. Payudaranya menonjol.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News