Mau Lebih Puas? Ambil Paket 7 Hari 6 Malam

Mau Lebih Puas? Ambil Paket 7 Hari 6 Malam
Turis menyaksikan Cheetah memanjat pohon di Masai Mara. Foto: TOMY C. GUTOMO/JAWA POS

Antrean itu dimanfaatkan para perempuan Masai untuk menawarkan aksesori khas Masai. Mereka mengerumuni mobil-mobil yang sedang berbaris menanti giliran masuk taman nasional.

Menurut Onesmus, hanya sopir berpengalaman yang boleh mengendarai mobil di dalam Masai Mara National Reserve. Juga tidak sembarang mobil boleh masuk.

Kalau tidak berpengalaman, risiko tersesat sangat tinggi. Dan bila tersesatnya sampai malam, sangat berbahaya. Apalagi bila tidak didampingi pawang.

Ini bukan seperti Taman Safari di Bogor, Pasuruan, atau Bali yang ada treknya. Di dalam Masai Mara National Reserve yang terlihat hanyalah hamparan padang rumput yang sangat luas.

Hewan-hewan hidup bebas di alam liar itu. Yang herbivor memakan tumbuhan di sini. Yang karnivor memakan binatang di sana. Tidak ada yang memberi makan seperti di Taman Safari.

Begitu masuk, Onesmus langsung menyalakan radio komunikasi. Radio itu terhubung dengan mobil-mobil safari yang ada di sana.

Bila ada yang menemukan binatang buas, mereka mengumumkan melalui radio tersebut agar yang lain datang. ”Kami berbagi informasi dengan pengemudi lain,” kata Onesmus.

Waktu kami tidak banyak sore itu. Sebelum pukul 18.00, kami harus keluar dari Masai Mara National Reserve.

Juli–Oktober adalah bulan yang tepat untuk bersafari ke Masai Mara. Saat itulah hewan-hewan bermigrasi ke sana. Selama dua hari, wartawan Jawa

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News