Mega for President
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Karena tidak kunjung dicapai keseimbangan akhirnya roti habis dimakan sang monyet.
Memilih Mega sebagai calon presiden, mungkin, bisa menjadi solusi bagi dilema yang dihadapi oleh PDIP.
Persoalan persaingan Puan vs Ganjar akan selesai--dan tidak akan ada pihak yang berani menentang--setidaknya secara terbuka.
Akan tetapi, di sisi lain, keputusan pencalonan Mega bisa dianggap sebagai indikasi ‘’political desperation’’ atau keputusasaan politik.
Mega sudah punya pengalaman menjadi presiden menggantikan Gus Dur pada 2002.
Mega tercatat sebagai perempuan pertama yang menjadi presiden di Indonesia.
Hal ini sering disebut sebagai indikator kemajuan demokrasi di Indonesia.
Di negara yang demokrasinya sudah matang, seperti Amerika Serikat, sampai sekarang belum pernah mempunyai presiden perempuan.
Memilih Mega sebagai calon presiden adalah hak preogratif yang tiketnya dikantongi sendiri oleh Megawati.
- Eks KSAL Ini Anggap Gibran bin Jokowi Tak Memenuhi Kriteria Jadi Wapres RI
- Roy Suryo Ungkap Ironi Laporan Jokowi, Dilayangkan Saat Hari Keterbukaan Informasi
- Gus Din Apresiasi Jokowi Membuat Laporan ke Polisi Soal Ijazah Palsu
- 5 Berita Terpopuler: Ada Uang Setoran Masuk, Banyak NIP CPNS & PPPK Terbit, Memalukan dan Tidak Elegan
- Polisi Didesak Proses Laporan Jokowi soal Kasus Ijazah Palsu
- Jokowi Lapor Polisi, Roy Suryo: Peneliti Seharusnya Diapresiasi, Bukan Dikriminalisasi