Mematikan Industri Gula Rafinasi, Indonesia Bergantung Impor

Mematikan Industri Gula Rafinasi, Indonesia Bergantung Impor
SIDAK: Ketua Komisi VI DPR RI, Bowo Sidik Pangarso, didampingi Kepala Perum Bulog Divre NTB, H. Achmad Ma’mun mendatangi Gudang Bulog untuk penyimpanan gula pasir, bawang putih dan beras Raskin,Selasa (13/6). Ilustrasi : Lukmanul/Radar Lombok

Persoalannya pasokan gula dalam negeri sangat kecil karena persoalan ketersediaan lahan tebu.

Menurutnya, ketimbang terjebak dalam ketergantungan impor yang berpotensi memboroskan devisa dan terbukti bocor dimana-mana karena selalu ada jumlah illegal yang ikut bersama ijin impor, maka gula rafinasi adalah solusi penting untuk menutup kebutuhan industri makanan dan minuman.

Berita masih terus berhembus mengenai gula rafinasi, padahal gula rafinasi 100 persen aman untuk konsumsi rumah tangga. Dalih menjaga pasokan gula menjelang Lebaran, soal salah tafsir aparat hukum mengenai gula rafinasi malah mengancam target pertumbuhan ekonomi nasional 2017 yang dipatok 5,1 persen oleh pemerintah.

Produksi yang berkurang, lalu kembali ke skema impor gula kristal putih yang harganya tinggi, otomatis harga produksi juga naik. Sementara kebocoran yang timbul dari penerbitan kuota impor gula sangat tinggi, sehingga pasar kebanjiran pasokan gula impor illegal.

"Ini yang benar-benar akan menyengsarakan petani tebu dan industri gula. Pengangguran yang ditimbulkan dari gulung tikarnya induistri pengoilah gula rafinasi juga adalah persoalan tersendiri yang harus dipikirkan oleh pemerintah,” kata Faisal Basri. (zul/rmol/JPNN)


Sektor industri makanan dan minuman adalah termasuk yang paling tinggi menyumbang nilai ekspor. Jika terjadi hambatan pada pasokan gula kepada industri


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News