Membedah Kekuatan Adidaya Ulama

 Membedah Kekuatan Adidaya Ulama
Direktur Strategi dan Analis Data Lembaga Analisis Politik Indonesia (L-API), Fadlin Guru Don. Foto: Ist for JPNN.com

Upaya penggiringan tesebut di atas, tentu dilakukan untuk mengubah mindset publik agar tidak terlalu percaya dengan ulama. Jikalau umat Islam tidak percaya lagi kepada ulama, lantas rakyat harus percaya siapa? Apakah harus percaya kepada anggota Partai, Timses, Pengamat, Mahasiswa atau kepada pemerintah?

Lalu, sebarapa besar presentasi kebenaran dari orang-orang ini jika harus menggeser kebenaran yang disampaikan para ulama?

Patriotisme Mahasiswa yang Hilang

Apabila pilihan jawaban dari sederetan pertanyaan diatas adalah mahasiswa maka sangatlah benar, tetapi itu dulu. Kenyataan yang harus kita terima bahwa gerakan mahasiwa hari ini sudah kehilangan arah. Ibarat kapal pesiar yang kehilangan nahkoda, yang terus berjalan dengan kecepatan tinggi namun melingkari lintasan yang sama, memiliki muatan yang besar tetapi putus harapan ingin membongkar muatannya kemana. Itulah analogi sederhana mahasiswa kita saat ini yang tak punya nyali dan pasrah atas keadaan.

Pengaruh gerakan mahasiswa sebelum reformasi memang pernah menjadi cikal bakal perjuangn Nasional. Namun sangat disayangkan hari ini bahwa mereka sudah terkontaminasi oleh pola pikir pragmatis dan kepentingan lambung dan usus.

Di tengah sakratnya negeri ini, ada yang selalu ditunggu dan dinantikan oleh rakyat, yaitu gerakan intelektual Mahasiswa. Namun, mereka sudah kehilangan identitas dan jati diri. Rakyat sangat merindukan mahasiswa yang progresif yang identik dengan “Sami’na wa Analisis" yang selalu mendengar, membaca dan terus berjuang atas semua problema sosial yang terjadi, kemudian mengaung-mengaung membela serta andil dalam menawar solusi.

Harapan itu pupus oleh kondisi mahasiswa sekarang yang sudah menjelma menjadi makhluk polos dan lugu yang sangat identik dengan istilah “sami'na wa atho’na” yang hanya bisa menerima, mengamini serta tunduk dan taat kepada kehendak kekuasaan.

Kabar yang menggembirakan sempat hadir pada saat Aliansi Bem seluruh Indonesia ingin beraksi lewat mimbar lapangan dalam rangka mengoreksi kebijakan pemerintahan Jokowi. Tetapi semua itu hanya wacana dan setingan saja. Rupanya mahasiswa lebih banyak belajar berakting daripada belajar menjadi generasi bangsa yang baik. Mereka semua sudah lebih memilih jalan instan daripada jalan proses. Jalan hanya untuk sekedar kenyang bukan jalan yang mengenyangkan orang lain. Sudahlah Mahasiswa kamu tidak ada lagi di hati rakyat. Cukuplah kamu menjadi kenangan saja...!

Desain politik sudah terbangun, pembentukan koalisi hampir selesai, lalu apa yang harus ditunggu oleh rakyat?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News