Menaikkan Suku Bunga Acuan Membingungkan di Tengah Landainya Inflasi

Menaikkan Suku Bunga Acuan Membingungkan di Tengah Landainya Inflasi
Kurs rupiah terhadap dolar AS. Ilustrasi. Foto: Ricardo/JPNN.com

Kemudian meningkatkan efisiensi sistem keuangan dan akses keuangan dalam menjaga stabilitas sistem keuangan (SSK), serta mendukung stabilitas moneter dan stabilitas sistem pembayaran.

Josua Pardede mengatakan suku bunga acuan BI naik dan selanjutnya berpotensi mendorong moderasi perekonomian domestik dalam cakupan makroekonomi.

Namun, di saat bersamaan BI juga tetap melanjutkan kebijakan makroprudensial yang longgar hingga akhir tahun 2023 yakni uang muka (DP) kredit kendaraan bermotor (KKB) yakni 0 persen dan loan to value KPR sebesar 100 persen.

“Artinya masyarakat yang baru mau mengambil kredit KPR atau KKB berpeluang untuk membayar DP yang cenderung rendah dan dimungkinkan untuk 0 persen tergantung dari risk appetite masing-masing bank," tegas Josua Pardede.

Menurut Josua, tidak bisa dipungkiri kenaikan suku bunga akan berpengaruh terhadap permintaan kredit.

Meski demikian, kebijakan makroprudensial BI diharapkan mampu meredam dampak dari kenaikan suku bunga tersebut sehingga pertumbuhan kredit bisa cukup solid.

Josua mendasarkan analisis pada indikasi non-performing loan (NPL) kredit konsumsi termasuk NPL KPR dan NPL KKB yang cenderung tetap rendah dan bahkan lebih rendah dari kredit produktif dan total kredit.

"Pada umumnya kenaikan suku bunga berpotensi membatasi permintaan kredit namun diharapkan dengan bauran kebijakan BI dimana kebijakan makroprudensial yang tetap longgar, maka diharapkan momentum pertumbuhan kredit termasuk kredit KKB dan KPR diperkirakan akan tetap solid,” pungkas Josua Pardede.(fri/jpnn)

Langkah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin ke 5,25 persen dalam rangka menjaga stabilitas rupiah, membuat pasar bingung.


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News