Menanam Kapas Selamatkan Muslim Uighur Tiongkok dari Jurang Kemiskinan

Menanam Kapas Selamatkan Muslim Uighur Tiongkok dari Jurang Kemiskinan
Ladang kapas di Wilayah Otonomi Uighur Xinjiang, Tiongkok. Foto: Xinhua

jpnn.com, URUMQI - Daerah Otonom Uighur Xinjiang, Tiongkok, basis produksi kapas terbesar di negara itu, saat ini telah memasuki musim panen. Bagi banyak petani, ini juga merupakan saat yang paling membahagiakan karena menanam kapas berkontribusi terhadap sebagian besar pendapatan tahunan mereka.

Di Tiongkok, Xinjiang menempati peringkat pertama untuk total produksi kapas dalam hal hasil dan luas area penanaman selama 25 tahun berturut-turut.

Rehman Rayim (55) adalah penduduk lokal Wilayah Bachu di Prefektur Kashgar, Xinjiang selatan. Terletak di dekat gurun terbesar di Tiongkok, wilayah ini memiliki durasi sinar matahari yang lama dan iklim kering yang ideal untuk menanam kapas, dengan luas area penanaman lebih dari 73.000 hektare.

Berpuluh-puluh tahun sebelum para petani beralih ke kapas, ladang di Bachu ditanami tanaman seperti jagung dan gandum. Namun hasil panen yang kurang membuat penduduk setempat harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan.

Ayah Rehman adalah salah satu orang pertama yang beralih menanam kapas setelah pemerintah setempat mempromosikan tanaman yang tahan terhadap kekeringan tersebut.

Setelah itu, semakin banyak petani lokal yang beralih menanam kapas untuk meningkatkan pendapatan mereka. Pada 1985, Rehman menyewa sebidang tanah dan menjadi petani kapas.

Dia memperoleh penghasilan hampir CNY 1.000 (1 yuan = Rp2.202) pada tahun itu. "Pendapatan saya hampir tiga kali lipat dari bercocok tanam," kenang Rehman, yang kemudian mengikuti perkembangan teknologi penanaman kapas terbaru, mulai dari irigasi tetes hingga mesin pemetik kapas.

Berkat kerja keras Rehman dan dukungan dari pemerintah, dia dan keluarganya kemudian pindah ke rumah baru pada 2016.

Berkat program pemerintah Tiongkok, kini banyak petani Uighur di Xinjiang yang hidup sejahtera

Sumber Xinhua

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News