Menanggapi Kritik BEM UI kepada Jokowi, Ferdinand Pakai Istilah Pengecut

Menanggapi Kritik BEM UI kepada Jokowi, Ferdinand Pakai Istilah Pengecut
Ferdinand Hutahaean komentari kritik BEM UI soal Jokowi: The King Of Lip Service. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Mantan petinggi Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) Ferdinand Hutahaean menilai tindakan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) kepada Presiden Jokowi tidak patut disebut sebagai kritik.

"Itu olok-olok dan perbuatan yang tidak patut dilakukan oleh mahasiswa yang seharusnya mengerti mana kritik mana cemoohan," kata Ferdinand kepada JPNN.com, Senin (28/6).

Menurut dia, mahasiswa seharusnya melakukan kritik secara substantif, fokus pada masalah serta menyampaikan saran atau masukan atas apa yang dikritiknya.

"Ini kan tidak, hanya menyampaikan foto yang diedit, ditambah dan diubah fotonya dengan narasi Jokowi the king of lip service," ucap Ferdinand Hutahaean.

Ferdinand mengaku tidak melihat apa substansi dari yang dilakukan BEM UI bila itu disebut sebagai kritik.

"Substansi kritiknya apa? Kebijakan yang mana yang dikritik? Tawaran solusinya apa? Ini kan tidak ada sama sekali," lanjut dia.

Kasarnya, kata mantan politikus Demokrat itu, yang dilakukan BEM UI melalui Twitter tersebut hanya sebuah narasi pengecut yang tak berani menuduh Presiden Jokowi secara langsung.

"Padahal tujuan narasi itu mau menuduh Jokowi hanya omong saja, bahkan mau disebut pembohong. Tetapi mereka tak berani menuduh langsung. Itu tindakan pengecut dan tak layak dilakukan oleh mahasiswa," tutur Ferdinand.

Ferdinand menilai unggahan foto Jokowi: The King Of Lip Service oleh akun BEM UI di Twitter melanggar UU ITE.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News