Menangkan Simpati Berkat Kekuatan Pribadi

Setelah Tiada, Chavez Terus Dikenang Sejarah

Menangkan Simpati Berkat Kekuatan Pribadi
Seorang anak kecil memegang lilin di depan poster Presiden Venezuela Hugo Chavez yang dipajang di Bundaran HI, Jakarta, Rabu (6/4) malam. Foto: Ade Sinuadji/JPNN
Saat itu, tokoh kelahiran 28 Juli 1954 tersebut memenangi 56 persen suara. Sedangkan partisipasi pemilih mencapai 65 persen. Ketika Chavez terpilih kembali dalam pemilu presiden 2006, dukungan etrhadap dirinya malah melonjak mendekati 63 persen dari partisipasi pemilih sebesar 75 persen. Kemenangan itu merupakan pencapaian tertinggi Chavez sepanjang sejarah pemilu di Venezuela.

 

Di antara dua pemilu itu, Chavez melawan upaya kudeta atas dirinya pada 2002. Saat itu, ratusan ribu pendukungnya turun dari perbukitan Venezuela dan membanjiri jalan-jalan di Caracas untuk melakukan protes. Dia kembali melawan referendum yang digalang oleh oposisi pada 2004 untuk menggoyang kepemimpinannya. Padahal, referendum itu justru dimungkinkan oleh konstitusi yang diperkenalkannya sendiri pada 1999.

 

"Diktator yang aneh, itulah Hugo Chavez," tulis Eduardo Galeano, penulis Uruguay, saat referendum di Venezuela. Galeano adalah penulis The Open Veins of Latin America yang dihadiahkan Chavez kepada Presiden Barack Obama setelah memenangi pemilihan presiden di Amerika Serikat (AS).

"Sang tiran itu justru telah memberikan suntikan vitamin buat demokrasi di Amerika Latin maupun belahan dunia lain setelah terpuruk," lanjut Galeano soal Chavez.

CARACAS - Presiden Venezuela Hugo Chavez, 58, akan selalu diingat dalam sejarah. Setelah berjuang melawan kanker yang dideritanya, tokoh kharismatik

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News