Menanti Hari Pembebasan, Perempuan-perempuan Ini Antusias Merangkai Bunga Cantik
Sementara itu, Pdt Naomi Maloringan menjelaskan, ‘temuan’ merangkai bunga dengan bahan acrylic ini didapat saat berkunjung ke Rutan Tomohon.
“Setelah saya lihat, ternyata sangat baik untuk diterapkan di Rutan dan Lapas buat WBP Wanita,” tutur perempuan asal Tahuna yang lahir dan besar di Papua itu.
Rutan Manado, menurut Pdt Maloringan, adalah UPTD pertama yang mendapat kesempatan merangkai bunga akrilik ini.
“Setelah itu Rutan Amurang rencananya April nanti,” ungkapnya.
Naomi, sapaan akrabnya, gembira dengan besarnya antusias dari WBP Wanita di Rutan Manado. Karena mampu bertahan dari pagi hingga sore hari untuk mengikuti ketrampilan ini. Apalagi, banyak yang cekatan sehingga tidak perlu memberikan banyak pelatihan lagi.
Proses pembuatan dan bahan baku yang digunakan tidak sulit didapat. Karena akrilik tersedia di pasar segar dengan berbagai pilihan warna. “Memang tidak sulit karena mereka sudah terbiasa dengan merangkai bunga dari bahan baku sabun,” ujar Komandan Regu Blok Mawar Jilly Tamunu.
Diakui Lenny Wengen, salah satu WBP yang dalam kasus Tipikor, ketrampilan merangkai bunga dengan bahan akrilik ini memang terkesan lebih eksklusif. Jika dibandingkan dengan bunga sabun.
“Namun ini bagus, sehingga kami banyak alternatif dan pilihan untuk mengisi keseharian di Rutan,” ungkapnya gembira.
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor