Menciptakan Resonansi CSR yang Menggaung

Menciptakan Resonansi CSR yang Menggaung
Menciptakan Resonansi CSR yang Menggaung
Kesan lain yang acap ditangkap publik adalah mangkuk raksasa (grasberg) dengan jalan melingkar dari atas ke bawah. Politisi Jakarta sering melihat pertambangan yang ditemukan oleh Geologis Belanda, Jean-Jacquez Dozy tahun 1936 itu dengan nada minor. Dari soal eksploitasi sumber daya mineral, sampai dampak lingkungan akibat eksplorasi itu. Ada juga yang memandang dampak ekonomisnya buat negeri. Dibandingkan dengan nilai ekonomis yang lari ke tangan pemilik modal. Ada pula yang mengkritisi perpanjangan kontrak karya. Isu-isu tentang lingkungan hidup, sistem pembagian hasil eksplorasi, dan hal-hal seperti di atas memang lebih nyaring didengar. Apalagi mereka yang belum pernah melihat historis perusahaan pertambangan yang timbul tenggelam itu. Bahkan pernah nyaris ditutup, ketika cadangan mineral baru belum ditemukan dan dieksplorasi.

Tentu, itu hal-hal yang bisa menjadi bahan perdebatan panjang. Sesekali kita boleh menengok nada-nada mayor, apa saja kontribusi Freeport untuk negeri. Baik secara material maupun immaterial. Paling tidak, bisa dijadikan balancing. Seperti timbangan, ada yang di kiri, ada juga yang di kanan. Dalam sebuah perbincangan santai dengan Nurhadi Sabirin, Vice President bidang Surface Maintenance dan Wahyu Sunyoto, Vice Presiden bidang Geotech Service, ada begitu banyak corporate social responsibility yang sudah dirasakan publik. Hanya saja, mungkin, resonansinya tidak sampai ke Jakarta dan kotakota besar di Indonesia. Soal ketenagakerjaan misalnya, Nurhadi menyampaikan, tahun 2010 saja ada 22.318 karyawan. Dari jumlah itu, 6.478 orang asli Papua, dan 22.381 orang Indonesia non Papua. ”Tenaga kerja asing hanya 2,08 persen, atau 475 orang. Perusahaan pertambangan ini sudah di-running orang-orang Indonesia. Tiap tahun ada 150 sarjana teknik baru yang direkrut dari berbagai universitas,” jelas Nurhadi. Karyawan perempuan, kata dia, baik dari PTFI maupun kontraktor yang bekerja di sana terus meningkat, dari sisi kualitas dan kuantitas. Jika 2003 hanya 12 persen, maka 2010 menjadi 14,77 persen. ”Menurut kajian LPEM-Universitas Indonesia, multiplier effect dari operasi Freeport juga cukup signifikan. Yakni menyumbang 1,59 persen PDB Indonesia, 60 persen PDRB Provinsi Papua, dan 96 persen untuk Kab Mimika,” jelasnya.

”Perusahaan ini juga memberikan lebih dari Rp 89 triliun pada PDB nasional 2009, membayar pajak sebesar 1,42 persen dari anggaran nasional,” tambahnya. Total pembayaran yang telah dilakukan Freeport selama 2010 sampai Desember telah mencapai USD 1.922 juta atau sekitar Rp 17,4 triliun dengan kurs saat ini. Itu terdiri atas Pajak Penghasilan Badan sebesar 1USD .261 juta, Pajak Penghasilan Karyawan, Pajak Daerah serta pajak-pajak lainnya sebesar USD 308 juta, royalti USD 185 juta, dan deviden bagian pemerintah USD 169 juta. Juru bicara PT Freeport Indonesia Ramdani Sirait menambahkan, perusahaan juga memberikan kontribusi tidak langsung. Seperti investasi infrastruktur di Papua berupa kota, instalasi pembangkit listrik, bandar udara dan pelabuhan, jalan, jembatan, sarana pembuangan limbah, dan sistem komunikasi modern. Infrastruktur sosial yang disediakan oleh perusahaan termasuk sekolah, asrama, rumah sakit dan klinik, tempat ibadah, sarana rekreasi dan pengembangan usaha kecil dan menengah.

’’Jika dihitung, PTFI telah melakukan investasi senilai kurang lebihUSD 6,6 miliar pada berbagai proyek,” kata Ramdani. Guna mendapatkan stok tenaga terampil asal Papua, tahun 2003 PTFI mendirikan Balai Latihan Kerja dengan nama Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN) di Kuala Kencana, Timika. Hingga kini sudah meluluskan lebih dari 1.500 siswa magang untuk bekerja di PTFI dan perusahaan kontraktor. Standar kelulusan di IPN cukup ketat, karena ada teori, praktik di peralatan simulator, dan praktik memegang alat langsung. Truk-truk monster, yang bannya sebesar kingkong itu bisa diperagakan di ruang simulator. Mirip sekolah pilot, sebelum memegang kendali pesawat, harus lulus di depan layar yang skala dan posisi duduknya persis seperti di atas truk. Bagaimana cara maju, mundur, belok kiri, belok kanan, sampai hal-hal yang amat presisi, semua diajarkan secara virtual. Selain itu, lanjut Ramdani, PT Freeport Indonesia juga membuat komitmen selama lima 2010-2015 dengan nilai USD 1 juta untuk penyediaan beasiswa kepada mahasiswa Papua untuk meraih diploma di AS. Yakni program master dan community college program, serta program pengajaran bahasa Inggris untuk di sekolah- sekolah di Papua.

Apa kesan orang terhadap PT Freeport Indonesia? Anak perusahaan Freeport McMoran Copper and Gold itu? Tambang tembaga dan emas terbesar di dunia?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News