Menganalisis Politik Underdog Gibran di Pilpres 2024
Oleh: Sofyan Al-Bani

Buktinya, hasil survei dari Indikator Publik Indonesia melaporkan bahwa pasca debat, Gibran dianggap masyarakat tampil baik dan dominan dengan kalkulasi angka sebesar 56,2 persen.
Angka tersebut mengungguli Mahfud MD yang meraih 24,2 persen dan Abdul Muhaimin Iskandar yang hanya meraih angka 12,3 persen.
Selain dianggap baik dan dominan, Gibran juga dinilai sebagai cawapres terbagus dalam hal menyampaikan argumen dengan raihan angka sebesar 45,8 persen, kemudian diikuti oleh Mahfud MD sebesar 30,2 persen dan Cak Imin 13,9 persen.
Selain Gibran, kisah kemenangan Barack Obama dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2008 juga menggambarkan bagaimana underdog politik itu berjalan telah lama.
Saat itu, Obama, seorang senator muda dengan latar belakang etnis minoritas, berhasil mengalahkan kandidat yang lebih berpengalaman dan dianggap lebih kuat, Hillary Clinton, dalam pertarungan sengit di dalam Partai Demokrat.
Obama kemudian berhasil mengalahkan kandidat Partai Republik, John McCain, dalam pemilihan umum, menjadikannya presiden Amerika Serikat pertama yang berasal dari latar belakang Afrika-Amerika.
Kemenangan ini menunjukkan bahwa seorang underdog politik dapat mengubah dinamika politik dengan pesan yang kuat, strategi yang cerdik, dan dukungan massa.
Gerak Mekanisme Underdog Politik
Salah satu contoh yang mencolok dari underdog politik, dapat dilihat pada sosok calon wakil presiden Prabowo Subianto, yaitu Gibran Rakabuming Raka
- RUU Polri Dinilai Membuat Polisi Superbody
- Letjen Kunto Anak Pak Try Batal Dimutasi, Ini yang Terjadi
- Surat Ini Bikin Mutasi Letjen Kunto Arief Dianggap Bermuatan Politis
- Versi Pengamat, Prabowo Tak Merestui Mutasi Letjen Kunto Arief
- Eks KSAL Ini Anggap Gibran bin Jokowi Tak Memenuhi Kriteria Jadi Wapres RI
- Hasil Survei Rumah Politik Indonesia: Mayoritas Publik Puas dengan Kinerja Wapres Gibran